Mohon tunggu...
Sahal Fikri
Sahal Fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Prodi KPI UIN SAIZU Purwokerto

Berterimakasih atas segala hal yang mampu untuk kuat bertahan hidup sampai sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengelola Relasi Kekuasaan dalam Gerakan Dakwah di Media Sosial

29 Oktober 2024   08:29 Diperbarui: 29 Oktober 2024   08:44 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih jauh lagi, relasi kekuasaan dalam dakwah di media sosial tidak hanya mencakup antara pendakwah dan audiens, tetapi juga melibatkan kekuatan algoritma platform itu sendiri. 

Algoritma adalah mekanisme yang mengatur konten mana yang akan ditampilkan di linimasa pengguna. Dalam hal ini, relasi kekuasaan antara pendakwah dan platform media sosial menjadi sangat penting. Pendakwah harus memahami bagaimana algoritma bekerja, agar konten dakwah mereka bisa muncul di feed audiens yang relevan.

Sebagai contoh, konten dakwah yang memuat video pendek dengan tema yang menarik dan engaging cenderung memiliki peluang lebih besar untuk viral dan muncul di halaman "Explore" Instagram atau di "For You Page" TikTok. Dengan demikian, memahami algoritma adalah bagian dari strategi dakwah di media sosial yang efektif, karena algoritma tersebut juga merupakan bagian dari relasi kekuasaan yang tak kasat mata di dunia digital. 

Namun, ketergantungan pada algoritma ini juga memiliki risiko, karena platform media sosial memiliki standar dan kebijakan tersendiri yan g tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai dakwah.

 Ada kasus di mana konten-konten dakwah yang dianggap mengandung ujaran kebencian atau intoleransi akan dihapus oleh platform, karena bertentangan dengan kebijakan komunitas mereka. Oleh karena itu, pendakwah juga harus berhati-hati dan memahami bahwa ada batasan yang harus mereka hormati saat berdakwah di media sosial. 

Dalam konteks ini, tantangan terbesar adalah bagaimana pendakwah bisa tetap menyampaikan pesan yang tegas dan benar, namun tidak melanggar aturan platform yang bersifat global dan universal. Mereka perlu menciptakan keseimbangan antara menyampaikan pesan agama dengan cara yang relevan dan tidak melanggar ketentuan komunitas media sosial.

Pada akhirnya, relasi kekuasaan dalam gerakan dakwah di media sosial adalah sebuah fenomena yang kompleks, yang melibatkan berbagai aktor dan kepentingan. Dakwah di media sosial tidak hanya tentang menyampaikan pesan agama, tetapi juga tentang bagaimana menguasai audiens, memahami algoritma, dan menyesuaikan konten agar relevan dan bisa diterima oleh masyarakat luas. 

Ini adalah tantangan sekaligus peluang besar bagi umat Islam untuk memanfaatkan media sosial sebagai alat dakwah yang efektif di era digital.

Namun, yang perlu diingat, kekuasaan yang ada di media sosial bukanlah kekuasaan yang mutlak. Sebaliknya, kekuasaan ini adalah amanah yang harus digunakan dengan bijak. Dakwah yang efektif adalah dakwah yang mampu menyentuh hati dan pikiran audiens tanpa memaksakan pandangan atau menggurui. 

Dengan pendekatan yang persuasif, santun, dan kreatif, gerakan dakwah di media sosial bisa menjadi gerakan yang menginspirasi perubahan positif di tengah masyarakat. 

Sebagai penutup, gerakan dakwah di media sosial harus senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip Islam yang rahmatan lil 'alamin, yaitu membawa rahmat bagi seluruh alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun