"Aku memiliki duplikat kuncimu."
Restu merundukkan kepala. "Berarti kamu sering ke sini saat malam?"
"Tidak, aku memilikinya hanya untuk malam ini." Laila menaruh sekotak uang tunai di atas meja. "Gunakan untuk kehidupanmu kedepan. Aku harus kembali ke rumah sebelum keluargaku terbangun."
Restu masuk ke dalam kamar, menaruh uangnya di lemari dan kemudian merebahkan dirinya ke kasur. Tetapi perasaan bencinya pada Laila tiba-tiba tumbuh begitu kuat.Â
Dia berpikir kalau Laila selama ini telah sering datang ke rumahnya dan kemudian tidur bersama suaminya. Dia merasa suaminya dan Laila telah bermain di belakangnya. Segera Restu bangkit dan keluar rumah. Dia berjalan menuju rumah Haji Kadir dan kemudian memantikkan sedikit api di kandang ayamnya yang selanjutnya menjalar ke seluruh rumahnya.
"Hai Man, ngapain kamu mengikatkan tubuhmu ke pohon?" Laila telah berdiri di samping Darman.
"Aku tidak mimpi bukan?"
Laila tersenyum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H