Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbuang

22 Oktober 2019   16:14 Diperbarui: 22 Oktober 2019   16:28 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.saatchiart.com/art/Painting-Retro-Gaisha/1189224/4993008/ view diambil 22-10-2019 16:14

"Seperti kita tidak pernah bersama saja." Sari duduk di samping Rukmini.

"Aku kawatir Budi akan bertindak lebih pada kita." Rukmini membelai rambut Sari. "Sebenarnya, aku pernah melihat Siti keluar bersama Budi. Mungkin mereka berpacaran."

Sari belum pernah mengetahui cerita itu. "Kenapa kamu tidak cerita mbak?" Sari mengambil botol yang sebelumnya diminum oleh Rukmini.

"Aku takut kamu memarahi Siti." Rukmini menunggu sampai Sari menghabiskan minumannya. Dia tahu kalau sari mampu menghabiskan setengah botol minuman hanya dalam sekali tegukan. "Biasanya kamu selalu menekankan agar kita professional. Profesional menurutmu tidak perlu ada hubungan percintaan antara kita dengan pelanggan." Rukmini tampak ragu untuk melanjutkan perkataannya.

"Kapan itu terjadi mbak?"

"Sekitar dua bulan lalu." Rukmini menarik napasnya dalam-dalam. Dia berdiri mengambil satu botol minuman lagi dari rak dan menaruhnya di meja.

Sari merasa tidak bisa berkata-kata. Dia mengenang tindakannya terhadap Budi beberapa jam sebelumnya. "Tapi kalau tadi Budi aku biarkan, mungkin besok yang lain akan melakukannya juga. Aku rasa sudah benar apa yang aku lakukan padanya." Gumamnya pelan.

"Iya, demi menjaga harga diri kita." Rukmini membenarkan. Dia memperhatikan Sari yang membuka botol keduanya dan menghabiskan separuh isinya. Dengan tarikan napas yang dalam, Rukmini menyalakan rokok Lucky Strike-nya. "Mereka semua tahu siapa kamu."

"Aku sudah terbiasa pula jika namaku dijelek-jelekkan. Aku tidak peduli. Aku lebih menguasai lelaki daripada diri mereka sendiri." Sari mengambil rokok Rukmini dan menyalakannya.

"Tetapi kamu harus ingat Siti dan juga hubungan antara Budi dan Kang Imam, bos kita." Rukmini mencoba berbicara dengan sehalus mungkin agar Sari tidak naik darah.

"Aku akan melakukan segala cara agar Siti tetap dapat merawat orang tuanya dan kamu bisa memberi makan anak Yatimmu." Sari memejamkan matanya. "Aku berjanji mbak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun