Sesampainya di bawah, Fahri telah mempersiapkan mobilnya di depan pintu utama Rusun. Mbak Sisi diturunkan dari tandu dengan mengangkat tubuhnya pelan-pelan dan mendudukkannya di kursi mobil. Rio, Ardian dan Yongkie berdiri di samping mobil bersama dengan kerumunan ibu-ibu yang mengiringkannya sejak dari kamar. Hanya Toro dan Fahri yang malam itu mengantar Mbak Sisi ke Rumah Sakit. Penghuni lainya percaya bahwa Toro dapat membantu Mbak Sisi sebagaimana bantuannya kepada mereka selama ini.
Sementara itu, seorang pendorong kereta pasien, Randi, telah menunggu kedatangan Toro. Dia berdiri di depan lobi Rumah sakit dengan kaki yang sebentar-sebentar mengetuk tanah. Setelah mendapatkan kabar dari grup itu, dia memutuskan untuk terlibat dalam proses kelahiran anak Mbak Sisi dan menunggu Toro di depan lobi, tidak seperti biasanya yang bermalasan di kursi depan meja pendaftaran. Torolah satu-satunya alasan dia berdiri di sana melawan nyamuk yang terus mengganggu.
Fahri memberhentikan mobilnya tepat di depan pintu Lobi. Dia dan Toro keluar mobil dan membuka pintunya. Keduanya berusaha mengangkat Mbak Sisi. Randi dengan kereta pasiennya berlari menghampiri keduanya. " Kalian datang terlambat sekitar setengah jam dari perkiraanku." Ujar Randi.
"Jam pulang kerja, Jalanan macet." Jawab Fahri.
"Ayo cepat segera bawa Mbak Sisi masuk!" Perintah Toro setelah membaringkan Mbak Sisi di atas kereta Pasien.
Randi mendorong kereta itu dan langsung menuju ke ruang bersalin. Wajah Mbak Sisi semakin memucat dan darahnya membasahi selimut yang menutupi tubuhnya memberi corak merah gelap padanya. Toro berhenti di meja pendaftaran untuk mengisi identitas Pasien.
"Siapa wali pasien itu?" Tanya perempuan berbaju putih yang duduk di balik meja pelayanan.
"Aku, Nirwantoro." Toro menyodorkan identitasnya untuk di daftar.
"Apa hubunganmu dengan pasien?"
"Aku pemilik Rusun tempatnya tinggal."
Proses persalinan itu berjalan lancar. Tepat ketika pukul dua belas malam seorang dokter menghampiri Toro dan mengucapkan selamat atas kesuksesan proses bersalinnya. Dengan bahagia, Toro, Fahri dan Randi pergi ke kamar Mbak Sisi. Ketiganya berdiri melingkar di samping Mbak Sisi.