Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membelah Jiwa

29 Maret 2019   09:33 Diperbarui: 29 Maret 2019   10:58 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Iya, Apa kabarmu cob? Dulu banyak orang mengejek nama kita karena menurut mereka aneh."

Berawal dari pertanyaan kabar itu kemudian  pembicaraan mereka berkembang menjadi semakin dalam. Jacobpun menceritakan tentang kesulitannya untuk tinggal di kota dengan kiriman uang dari desa yang terbatas. Saat itulah kemudian Carol menawarkan solusi agar Jacob tinggal di apartemennya. Jacob menerima tawaran itu.

Sepuluh tahun mereka lalui bersama. Berbagi ruangan untuk tidur, berbagi makanan bahkan mereka berbagi handuk, yang terakhir itu merupakan sesuatu yang istimewa buat Carol. 

Sebelumnya dia tidak pernah berbagi pakaian dengan siapapun di dunia ini. Handuk itu pulalah yang sekarang masih terpasang di lehernya dengan bau badan Jacob yang masih melekat. "Dulu dia suka sekali menggunakan handuk ini setelah olah raga pagi." Memang bukan handuk mandi yang di maksudkan. Tetapi handuk kecil yang lebih tepat bila disebut sapu tangan untuk menyeka keringat saat seseorang berolah raga.

***

Perempuan itu tampak mengenang sesuatu, menikmati rokok sampurna evolution yang ukurannya seramping dirinya. Rambutnya yang terurai membuatnya kelihatan lebih cantik dari seharusnya ditambah riasan tipis di muka dan bibirnya yang tampak serasi dengan pakaian warna merah dengan rok se-paha itu. Jacob teringat pada Carol saat menyaksikan penampilan perempuan itu. Sebuah riasan yang sangat identik dengan garapan temannya.

" Bukankah Carol yang meriasmu?" Jacob duduk tepat di depan perempuan itu sambil menaruh dua cangkir kopi latte di atas meja.

" Tidak, hanya saja dia yang mengajariku. Aku bertemu dengannya saat dia liburan di korea dan aku sedang menjalani studi di sana. Kami berkenalan di sebuah kereta menuju Soeul." Jawab perempuan itu ringan.

" Jacob." Jacob menjulurkan tangannya dan mengajak perempuan itu bersalaman.

" Lina Rahmati. Aku sudah banyak mendengar cerita tentangmu." Perempuan itu tersenyum.

Pelayannya tampak berbisik dibalik meja kasir. Mereka sebentar-sebentar melirik tingkah kikuk atasannya dengan seorang wanita yang memiliki kepercayaan diri cukup tinggi itu. Mereka menyimpulkan bahwa keduanya telah kenal dekat. Mereka menghidupkan kemungkinan bahwa perempuan cantik itu tidak lain merupakan mantan pacarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun