Mohon tunggu...
S A Hadi
S A Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sholikhul A Hadi

Happy is the people whitout history

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terlilit Kain Kerudung

6 Maret 2019   11:35 Diperbarui: 6 Maret 2019   11:42 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil oleh Julie Covington

Sambil berbisik, dia menirukan kata-kata terakhir yang diucapkan pada istrinya, " Im, maafkan aku. Aku merasa ini satu-satunya pilihan yang dapat aku ambil. Pergi ke kota bersama dengan Burhan untuk bekerja sebagai kuli bangunan. Aku percaya pada saatnya nanti ketika kehidupan kita telah membaik, kita berempat pasti akan berkumpul kembali." Tresno terisak. Air matanya mengalir deras melewati pipinya dan membasahi rambut teman wanitanya. "Keadaanku sekarang telah membaik dan kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk bersama."

Suara batuk yang dibuat-buat menghentikan perkataan Tresno. Dia baru sadar kalau ternyata teman wanitanya itu telah bangun dan menatap mukanya. Dia berpikir bahwa mungkin wanita itu telah mendengarkan semua ucapannya. " Aku hanya terkenang pada masa laluku. Maaf telah mengganggu tidurmu." Dia menyunggingkan senyumnya.

Wanita itu menarik tubuhnya ke atas dan menaruh kepalanya di bantal, tepat di samping kepala tresno. Dia letakkan kedua ibu jarinya di pipi Tresno dan menghapus air mata dari pipinya. Dia dekatkan mulutnya pada telinga Tresno dan berbisik, "aku ingin mendengarkan ceritamu. Aku suka mendengarkan cerita yang telah menuntun seorang lelaki istimewa sepertimu hingga bersamaku saat ini. Aku tahu bahwa semua lelaki yang bersamaku selalu terpaksa oleh keadaan. Sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh menginginkan diriku."

" Aku mungkin menginginkanmu." Jawab Tresno menghibur. Dia mengeratkan pelukannya.

" Tetapi aku tetap ingin mendengarkan ceritamu. Orang pertama yang aku temui dengan gairah yang begitu besar. Aku menduga dirimu sudah lama tidak bersama wanita." Wanita itu tersenyum mengejek.

Sebenarnya perkataan itu sedikit menyinggung perasaan Tresno. Tetapi di sisi lain dia justru tertarik untuk bercerita tentang semua kenangannya pada wanita itu. Seolah ada sebuah dorongan yang begitu kuat hingga tanpa disadarinya mulutnya telah mulai bicara. " Aku sebenarnya tidak pernah menceritakan diriku kepada siapapun. Aku merasa bahagia dengan tanpa adanya cerita masa lalu yang menghantuiku. Aku .... " Tresno mencoba mengendalikan dirinya. Dia merasa tabu untuk menceritakan kisahnya dan bingung memulai dari mana. Dia teringat pada pernyataan wanita itu. " Jika kamu berpikir diriku sudah lama tidak bersama dengan wanita, menurutmu berapa lama aku tidak bersama seorang wanita?"

" Tida bulan mungkin, atau enam bulan." Wanita itu tersenyum. "Aku pernah menangani orang sepertimu. Dia seorang awak kapal yang baru pulang dari luar negeri. Dia mengaku tiga bulan tidak turun kapal. Gairahnya sebelas dua belas denganmu. Ya, meskipun kamu tentu lebih bergairah katimbang dia."

"sebelas tahun." Tresno tertawa. " Aku tidak pernah pulang lagi setelah tahun keempat aku merantau. Dulu ketika awal aku merantau, setahun sekali aku pulang dan berkumpul dengan istriku."

"Wow, sungguh diluar dugaanku. Kuat sekali dirimu." Wanita itu bangkit dan duduk di samping Tresno. " Aku semakin penasaran dengan ceritamu."

" Pada tahun keempat aku merantau, aku dipercaya untuk menjadi tukang oleh kepala proyekku. Ketika mengetahui bayaranku naik, istriku membeli sebuah sepeda motor secara kredit. Sehingga pengeluaran bulanan kami bertambah. Di samping itu, anak kembarku juga masuk TK. Itu yang membuat pengeluaran kami bertambah besar. Kami seringkali kekurangan dan terpaksa harus menghutang pada seorang tetangga kami yang bernama Baihaki." Tresno merasa ada sesuatu yang mengganjal ditenggorokannya saat ingin melanjutkan ceritanya.

Mengetahuinya, Wanita itu segera mengambilkan minuman yang tersedia di meja belakangnya dan menyodorkannya pada Tresno. " Sebelumnya, Barapa kali kamu pulang dalam setahun?" Wanita itu ingin memberikan sedikit kesempatan agar Tresno menata kembali pikirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun