"Aku berfikir kenapa Allah berikan cobaan seperti ini mas, lima tahun bukanlah waktu yang sebentar"
"Bukankah Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya dek, jika Allah menguji kita berarti kita mampu untuk melewatinya"
"Aku tahu mas, tapi aku capek ketika orang-orang selalu menanyakan perkara momongan, rasanya aku gagal menjadi seorang wanita"
"Sudahlah, omongan orang tak usah didengar, bukankah kita yang menjalani bukan mereka"
"Coba dulu mas mengizinkanku untuk mengadopsi anak, setidaknya ada kehadiran anak kecil disini"
"Dek, bukankah kita sudah membicarakan terkait hal ini, aku ingin memiliki keturunan dari darah dagingku sendiri"
"Kenapa mas gak menikah lagi aja, aku didiaknosa miom akan sulit memberimu keturunan mas"
Rakha kaget mendengar hal tersebut, tapi ia sadar jika istrinya dalam perasaan tidak baik-baik saja, ia mengusap kepalanya mencoba untuk menenangkan.
"Dek, aku tahu jika semua wanita pada dasarnya tidak mau dimadu, meskipun mereka berkata ikhlas karena Allah sudah janjikan pahala disitu, dan agamapun membolehkan seorang pria untuk menikahi lebih dari satu wanita, akan tetapi ia dituntut adil kepada istri-istrinya. Disitulah mas merasa takut jika mas tidak bisa berlaku adil" terang Rakha sambil menggenggam kedua tangan Syila, seketika itu mata Syila mulai berkaca-kaca mendengar penuturan Rakha.
"Pernikahan bukan hanya tentang perkara punya atau tidak punyannya keturunan, akan tetapi bagaimana pernikahan itu dapat mendatangkan keridhoan Allah, agar kita akan terus bersama hingga Jannah" mendengar itu tumpahlah air mata Syila, ia tak kuasa membendungnya.
Dengan sigap Rakha menghapus air mata Syila dan memeluknya berharap sedikit menenangkannya "Meskipun adek sulit memberikan mas keturunan karena divonis miom, tapi bukan hal yang mustahil ketika Allah sudah berkehendak"