Mohon tunggu...
Sahabat ARB
Sahabat ARB Mohon Tunggu... -

Komunitas Sahabat ARB

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kecentilan Populisme VS Rasionalitas Demokrasi

2 Oktober 2013   17:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:05 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda 180 derajat dengan jokowi, Aburizal bakrie (ARB) adalah calon presiden yang kurang populis. Hampir semua lembaga survei menempatkan popularitas ARB dibawah Jokowi. Namun begitu, ARB memiliki visi kepemimpinan yang sangat demokratis. ARB percaya if men were angels, no gevernment would be necessary, Sebagimana ungkapan James Madison. Karenanya Demokrasi harus dibangun dengan nilai-nilai yang rasional dan accountabel.

Untuk dapat membawa kepada masa keemasan Indonesia, berbarengan dengan 100 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia, ARB mencanangkan Visi Indonesia 2045 yang dilakukan melalui 3 tahapan. Setiap tahapan mempunyai titik berat dan prioritas pembangunan tersendiri, namun secara terencana dan sistematis ditata secara berkesinambungan antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya.

13801969121947500741
13801969121947500741
Dasawarsa Pertama, 2015-2025: "MELETAKAN FONDASI MENUJU NEGARA MAJU". Dasawarsa ini sangat menentukan bagi arah dan tahapan pembangunan selanjutnya dengan penekanan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pengurangan pengangguran dan kemiskinan secara signifikan, pembangunan infrastruktur, penguatan kelembagaan, peningkatan efisiensi, produktivitas, dan keterampilan tenaga kerja, revitalisasi industri dan pertanian, serta optimalisasi pembangunan daerah, yang secara mendasar didukung oleh  terciptanya kondisi sosial politik dan keamanan yang stabil dan kondusif. Semua ini dilakukan dalam rangka memantapkan fondasi Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah dan siap untuk bertransformasi menjadi negara maju.

Skenario pembangunan nasional pada dasawarsa ini adalah: Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi, Pemerataan Pembangunan dan Pendapatan, serta Pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan. Dalam periode 2015-2025, pertumbuhan ekonomi rata-rata ditargetkan sekitar 8-9 persen per tahun. Sumber pertumbuhan terutama berasal dari investasi, ekspor, dan peningkatan  produktivitas melalui peningkatan keterampilan pekerja dan penguasaan teknologi.

Dalam dasawarsa ini, pendapatan per kapita ditargetkan sekitar US$ 10.000-US$ 12.000. Untuk menjamin pertumbuhan tinggi yang dapat dinikmati masyarakat luas, pertumbuhan harus disertai dengan penciptaan kesempatan kerja yang luas. Pengangguran ditargetkan menjadi 6 persen pada tahun 2020 dan 4 persen pada 2025. Pekerja di sektor formal ditargetkan meningkat menjadi 45 persen pada tahun 2020 dan 60 persen pada tahun 2025.

Dasawarsa Kedua, 2025-2035: "MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DI SEGALA BIDANG MEMASUKI NEGARA MAJU". Pada dasawarsa ini, Indonesia sudah siap menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan rata-rata 10-11 persen per tahun.  Pendapatan per kapita pada tahun 2035 ditargetkan sebesar US$ 21.000-US$ 23.000. Dengan tingkatan pendapatan per kapita ini, tahun 2035 Indonesia sudah tergolong negara maju. Pertumbuhan ekonomi lebih mengandalkan pada inovasi dan produktivitas yang direpresentasikan oleh variabel TFP di luar sumbangan modal dan tenaga kerja. Peranan TFP dalam pertumbuhan ekonomi mencapai sekitar 60 persen.

Karena inovasi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi, maka lembaga penelitian, baik perguruan tinggi dan pemerintah maupun perusahaan, sudah dapat menghasilkan produk dan proses yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan ekonomi yang nyata. Biaya penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang pembangunan pada dasawarsa ini ditingkatkan menjadi  2 % dari PDB.

Dasawarsa Ketiga, 2035-2045:  "TERWUJUDNYA INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU NEGARA MAJU". Pada dasawarsa ini, Indonesia sebagai negara maju melakukan konsolidasi untuk mempertahankan statusnya. Pertumbuhan ekonomi melambat pada tingkat 6-7 persen, karena pertumbuhan ekonomi negara maju tidak bisa berada pada angka yang tinggi lagi. Target PDB per kapita pada tahun 2045 adalah US$ 41.000 dan pada tahun 2045 sebesar US$ 43.000. Perekonomian semakin ditopang oleh inovasi dan produktivitas yang tinggi. Peranan TFP dalam perekonomian mencapai sekitar 70 persen.

Biaya untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada tahapan pembangunan dasawarsa ini ditingkatkan menjadi 3 % dari PDB. Kesejahteraan masyarakat sangat tinggi. Sekalipun demikian, permasalahannya adalah menjaga supaya ketimpangan pendapatan tidak tinggi tetap menjadi prioritas. Begitu pula pelayanan publik untuk golongan usia tua menjadi semakin penting karena Indonesia sudah menjadi aging society.

Bagi kita visi kepemimpinaan ARB lebih rasional, daripada populisme Jokowi. Kita harus berani melawan populisme yang sesaat dan menyesatkan. Kita tidak boleh takut menyampaikan pilihan-pilihan rasional demokratis, sekalipun mungkin menyebabkan turunnya popularitas. Karena kita yakin, populisme yang ada di Indonesia saat ini bukan lagi menjadi madunya demokrasi. Di tangan para pemimpin dan politisi yang tidak berani melawan arus, populisme berubah menjadi "racun" yang akan membunuh demokrasi secara perlahan, tapi pasti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun