Mohon tunggu...
Sagita Kuntadi
Sagita Kuntadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

origamikata.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepersekian Waktu Lagi...

27 Februari 2014   06:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:25 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepeninggalan keramah-tamahan ia menjadi sosok yang lebih pendiam, diam-diam menyerap seluruh keburukkan dunia yang menurutnya bisa ditukar dengan keramah-tamahan yang pernah ia miliki. ia selalu terduduk dipojok pagi yang kesepian, yang menolak disebut kesepian dengan kesendiriannya, yang menolak terjamah dengan keramahan yang orang-orang sebut, basa basi cinta.

Aku mendekatinya perlahan, membuka pasang telinga untuk mendengarnya sekedar menghembuskan nafas, melebarkan kelopak mata untuk melihat naik turun bahunya yang diam-diam merindukan perlindungan, mengendus selekat-lekatnya aroma tubuh yang semakin lama semakin aku kenali. Tanpa hati-hati aku mengeluarkan suaraku, suara yang lebih mirip cicit anak tikus yang induknya mati terlindas ban karet yang besarnya berpuluh-puluh kali dari badan mungil anak tikus itu. Bahumu berhenti naik turun, perlahan hembusan nafasmu kian lambat kian pasti menghilang, lalu kau menoleh. Dengan sepasang mata penuh marah, penuh nanar, mata yang lebih mirip dengan kata kesedihan. Aku tersenyum dengan rahang yang ragu-ragu untuk melebar. Kembali ku keluarkan cicit tikus yang lebih besar..

“Apa kabar ?”

“Untuk apa kamu kesini?”

“Untuk bertanya, apa kabarmu?”

“aku tak suka kamu berbasa-basi”

“kamu selalu begitu, lalu bagaimana kalau kau bertanya bagaimana kabarku?”

“aku tidak tertarik, pergi!”

Nafasnya kembali naik turun, hembusan nafasnya kian lama kian mirip dengus babi hutan yang melihat serigala, seringai giginya membuat kata-kata yang diucapkan semakin menusuk palung hati. Namun, begitulah dia… Aku terbiasa, terbiasa dengannya yang seperti itu. Aku bersikukuh mengajaknya bercakap-cakap.

“Aku dengar kamu sedang bahagia, bagaimana bisa aku melewatkan itu, berbagilah padaku…”

Ya.. setan-setan itu yang mengatakannya padamu? Sabda apa yang mereka berikan hingga membawamu kemari?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun