Sebelumnya, masyarakat Baduy memang cukup tertutup dengan pengobatan modern, termasuk imunisasi. Saat petugas kesehatan datang, ibu-ibu akan menghindarinya, misalnya dengan langsung masuk ke dalam rumah lantas menutup pintu. Akibatnya, tingkat kematian bayi dan balita cukup tinggi. Menurut Akang, penyebab utama kematian bayi dan balita di tempatnya adalah diare yang ditangani terlambat.
Lambat laun, Akang memberi pemahaman kepada ibu-ibu di sekitarnya bahwa imunisasi atau sekadar mendengarkan informasi tentang kesehatan bayi dan balita dari penyuluh kesehatan bukanlah hal yang buruk. Sejak saat itu, secara perlahan, ibu-ibu mulai terbuka dengan berbagai informasi seputar kesehatan bayi dan balita. Mereka juga mulai menjaga kebersihan dan kesehatan anak-anaknya dengan lebih baik. Angka kematian bayi dan balita yang disebabkan oleh diare pun menurun.
Akang sendiri bertanya-tanya, mengapa orang Baduy tidak mau dan tidak boleh berobat dengan pengobatan modern. Padahal, menurutnya, obat-obatan alami tidak lagi mampu menyembuhkan penyakit yang dialami orang Baduy masa kini. “Makanan kami sekarang berbeda dengan makanan leluhur kami. Leluhur kami hanya makan makanan alami, sedangkan kami makan mi instan, jajan ini-itu, dan minum ini-itu.
Ya jelas, penyakit orang Baduy dulu berbeda dengan penyakit orang Baduy sekarang. Obat alami yang dipakai orang Baduy dulu, tidak bisa dipakai orang Baduy sekarang. (Penyakit kami) harus diobati dengan obat modern,” tegasnya.
Mendengar perkataannya, saya hanya bisa mengangguk. Rupanya, ada juga orang Baduy yang memiliki pemikiran seperti ini. Saya nggak tahu, apakah pemikiran Akang ini membuat Baduy mengalami kemajuan atau malah kemunduran?
***
[1] Saung adalah sebutan rumah masyarakat Baduy yang berada di dekat ladang, bukan rumah adat yang membentuk kampung. Aki dan Ninik Dainah sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya di saung daripada di rumah adat. Biasanya, mereka ke rumah adat hanya sekadar mengecek kondisi rumah atau saat ada acara adat yang mengharuskan mereka berkumpul.
[2] Gelas yang terbuat dari bamboo.
[3] Dukun beranak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H