Salah satu tujuan dibuatnya lapas yaitu untuk "Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab".Â
Apakah itu hanya sebatas tulisan diatas kertas? Atau hanya sebatas bualan belaka bagi mereka yang bisa membeli segala fasilitas di dalam lapas? Barang bukti yang diamankan berupa uang total Rp 279.920.000 dan USD 1.410 merupakan sebuah perbandingan bahwa di dalam tempat pesakitan (penjara) aja bisa merasakan kenikmatan, apalagi diluar tempat pesakitan.
Memang uang bukanlah segalanya, tapi dapat membeli segalanya dan segalanya butuh uang, termasuk moral dari seseorang tersebut. Omong kosong bila uang tidak dapat membeli harga diri seseorang, dengan melihat peristiwa ini kita bisa menilai betapa murahnya harga diri seseorang yang dijadikan tersangka jual-beli fasilitas penjara.
Solusinya?
Gue gak cuman beri komentar doang dengan adanya berita jual-beli fasilitas yang ada di lapas Sukamiskin, tapi gue juga ngasih solusinya. Jadi begini, yang bisa mengalahkan "uang panas" itu hanyalah nilai moral dan iman yang kuat, tidak lebih dan tidak kurang. Jika seorang mudah tergiur oleh "uang panas" maka dapat dinilai bahwa nilai moral orang tersebut sangat rendah. Sekarang yang menjadi sorotan di mata masyarakat yaitu penjaga lapasnya sendiri atau sipir.Â
Proses perekrutan orang biasa menjadi seorang sipir atau menjadi pimpinan di lapas haruslah diberi pendidikan pancasila dan penanaman nilai moral yang kuat, karena mereka di lapas itu menjaga orang orang yang melanggar aturan dan seharusnya para sipir dan pimpinanan di lapas tersebut tidak terpengaruh juga untuk melanggar aturan. Adanya sidak dari Dirjen PAS juga harus sering sering dan rutin dilakukan di berbagai lapas yang ada di Indonesia.
Itulah kehidupan. Tidak ada yang pernah menduga duga sebelumnya, namun seperti kata pepatah "sepandai pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga", pepatah itu mengajarkan bahwa sepandai pandainya Kalapas menutup nutupi keburukan yang ada di lapas, pasti akan terbongkar juga. Selanjutnya, "ada juga orang yang hidupnya sengsara, tapi bebas" kalo hal ini sering kita jumpai dalam hidup kita, namun kebanyakan dari mereka lebih mengarah kepada orang yang sakit jiwanya karena kesengsaraannya. Jadi, lebih baik bisa hidup mewah dan bahagia. Hidup mewah bukan untuk menjadi sombong atau angkuh, tapi itu harus menjadi penyemangat kita dalam bekerja agar melakukan suatu pekerjaan dengan tekun, ikhlas dan disiplin.
Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H