Mohon tunggu...
Safwannur
Safwannur Mohon Tunggu... Guru - Guru

Bumi Allah terlalu luas, sayang kalau tidak dijelajahi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merawat Sumber Daya Maritim

21 Mei 2022   10:00 Diperbarui: 21 Mei 2022   10:16 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hamparan lautan luas yang membentang sepanjang jagat raya merupakan tanda kekuasaan Allah di muka bumi ini. Dalam Alquran, kata bahr (laut) tersebar dalam 32 ayat, sedangkan kata barr (daratan) ada di 13 ayat. Bila dijumlahkan, semuanya menjadi 45 ayat. 

Itu artinya bahwa penyebutan laut lebih dominan dalam al-Qur'an dibandingkan dengan daratan. Fakta Qur'ani ini menyiratkan ada rahasia istimewa bagi umat manusia yang tersimpan dibalik variasi penyebutan itu.

Indonesia dikenal sebagai negara maritim karena wilayah perairannya lebih luas dari wilayah daratan. Bahkan yang menakjubkan, ribuan pulau bertaburan mengitari wilayah lautan itu yang menjadi magnet kekaguman bagi siapapun yang memandangnya. 

Belum lagi keindahan ekosistem bawah laut sebagai keanekaragaman hayati yang harus dijaga untuk keberlanjutan kehidupan manusia.

Lautan luas menyimpan beragam potensi berharga yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup umat manusia. 

Bentangan laut dengan berbagai macam ragam isinya itu bisa menjadi sumber mata pencaharian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah berfirman:

"Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur."(Q.S. An-Nahl [16]: 14)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut bahwa Allah menundukkan laut dengan ombaknya yang bergemuruh agar hamba-Nya mudah untuk mengarunginya. Kemudian beliau menguraikan tiga sumber daya maritim yang diberikan oleh Allah kepada manusia berdasarkan ayat di atas:

Pertama, ikan. Ikan yang ada di laut sangat beragam jenisnya, baik yang kecil maupun yang besar. Semuanya dihalalkan oleh Allah untuk dikonsumsi oleh hambanya, baik dalam keadaam hidup maupun mati. Rasulullah bersabda:

(  :     : , (

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda tentang laut, "Airnya menyucikan dan halal bangkainya." "laut itu suci airnya, halal bangkainya." (H.R. Ahmad)

Ikan di laut menjadi sumber rezeki bagi para nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan. Saban hari mereka berjuang mengarungi ombak untuk mencari ikan yang kemudian dipasarkan kepada masyarakat. Kemajuan teknologi memungkin ikan-ikan itu diolah dengan berbagai bentuk olahan yang dapat disimpan dalam jagka waktu yang relatif lama.

Produk laut Indonesia cukup diperhitungkan dunia. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dirilis dalam website resminya, kkp.go.id, 

menyebutkan bahwa di saat seluruh eksportir utama produk perikanan mengalami penurunan nilai ekspor, justru produk ekspor perikanan Indonesia mengalami peningkatan dan Indonesia naik 2 peringkat menjadi berada di posisi 8 sebagai eksportir utama produk perikanan dunia tahun 2020.

Kedua, perhiasan. Allah telah menciptakan pada laut itu mutiara-mutiara dan berbagai macaam perhiasan yang berharga, serta memudahkan bagi hamba-hambanya dalam mengeluarkannya dari tempatnya untuk perhiasan yang mereka pakai. 

Jamak kita ketahui bahwa mutiara adalah jenis perhiasan yang tersimpan dalam cangkang kerang dengan nilai jual yang tinggi, karena tidak mudah untuk mendapatkannya. Allah berfirman:

"Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.'' (QS Al-Rahman: 22).

Ketiga, kapal. Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah telah menundukkan laut untuk mengangkut kapal-kapal yang membelah jalan melaluinya. 

Nabi Nuh A.S adalah orang pertama yang membuat kapal dan menaikinya, kemudian manusia menerima keahlian ini dari satu generasi ke generasi lainnya secara turun temurun. 

Mereka menaiki perahu dari satu kawasan ke kawasan yang lain melalui jalan laut, dan dari suatu kota ke kota yang lain serta dari suatu pulau ke pulau yang lain.

Kapal tak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tapi juga sebagai fasilitas bagi para aparat militer untuk menjaga keutuhan negara dari gangguan bangsa lain. Kecanggihan teknologi membuat manusia bisa menciptakan kapal selam yang bergerak di bawah permukaan air untuk kepentingan militer angkatan laut atau untuk meneliti kawasan bawah laut. 

Bahkan kapal juga bisa menjadi klinik apung untuk pelayanan kesehatan bagi warga yang tinggal di wilayah kepulauan terpencil dengan fasilitas kesehatan yang  tidak memadai. Itu semua adalah tanda kekuasaan Allah, sebagaimana firmannya:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung." (QS. Asy Syura: 32).

Sumber daya maritim merupakan milik bersama warga negara. Tidak boleh ada pihak yang mengklaim sebagai milik pribadi lalu melakukan eksploitasi semaunya. 

Sifat egoisme kelompok tertentu yang semena-mena, seperti menangkap ikan dengan pukat harimau atau bom laut akan merusak populasi biota laut yang seharusnya dilestarikan. Itu merupakan perbuatan tercela yang merugikan manusia dan alam.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun