Diseberang jalan menuju kampung Menjelang kami sempat memotret Bunga Kap Siauw Mentok yang sudah lama kami cari. Dulu waktu saya masih kanak kanak ada batang bunga kap siauw yang tumbuh di depan rumah Atok dan Nenek di tebing kampung Teluk Rubiah. Saya suka manjat untuk memetik bunganya, bunga kap siauw yang sudah mekar berwarna putih dan sangat harum baunya.
Dari kampung Menjelang, terus melewati Batu Balai, akhirnya kami sampai di Tanjung Ular dan kami parkir didekat mercu suar, saya baru tahu kalau di Tanjung Ular ada mercu suar. Lalu kami turun menyusuri pantai, tidak sama seperti pantai umumnya, dipantai banyak batu yang berasal dari tanah liah yang sudah mengeras menjadi batu sehingga batu berwarna warni, pecahan atau bongkol batu yang terlepas dari induknya bagus untuk batu dasar tanaman bonsai atau penghias taman. Sayang pantai yang bagus ini sudah mulai tercemar dengan adanya kegiatan Tambang Liar di laut disekitar pantai.
Dari Tanjung Ular, kami menuju Tanjung Kalian untuk makan siang di Pondok Santai, masakan khas hasil laut Mentok, ikan Jebung bakar, Cumi goreng, Tumis Kangkung, Sambal Kecap Rawit Lemau Calong dan Gulai Tomes Ikan Seminyak.
Dari Tanjung Kalian pulang ke rumah, istirahat dan lepas Ashar berangkat menuju Pangkal Pinang. Bawa bibit pisang Rejang, pisang Madu, pisang Susu, pisang Raja, pisang Masak Hijau dan bibit Sawe Lile. Bibit sawe lile ini disemai Piyai dari biji yang kami pungut dari bawah pohon induk di kampong Ulu pada waktu kami ke Muntok bulan Maret 2009 lalu. Di Pangkal Pinang lepas Magrib cari Bubur Kacang Hijau & Kacang Merah sebelah toko Anggrek Pasar Pembangunan. Besoknya setelah sarapan Bubur Ayam Mas Sastro Samping Pengadilan, kembali lagi ke pasar untuk membeli merica bubuk dan merica bulat, serta melihat lihat pasar ikan, kemudian lewat Kampong dan Mesjid Jami’ Tua Tunu. Jam sepuluh kami diantar Piyai dan Cita ke Bandara Depati Amir untuk kembali ke Jakarta.