Waffa series_1
"Wah. Sepertinya ban belakang kempes nih." Perempuan berjilbab coklat itu turun sambil melihat ban sepeda motor kesayangan suaminya. Betapa tidak, sepeda motor butut itu dibelinya dengan hasil jerih payah sendiri puluhan tahun yang lalu.
"Iya, nih. Pagi begini dimana kita bisa minta tolong untuk memperbaikinya." Sahut Abu Waffa.
Matahari baru sejengkal meninggi. Sepagi ini memang belum ada yang membuka bengkelnya, terlebih lagi dihari minggu seperti ini dan dalam kampung dengan sawah di kanan kirinya.
Walau begitu Ummi Waffa tetap membantu suaminya menurunkan belanjaan yang dibelinya di pasar subuh tadi.
Setelah celinguk sana sini, akhirnya lewat sebuah sepeda motor.
"Hai, Tengku. Itu pemilik bengkel sebelah jalan." Teriak orang kampung disebuah warung kopi.
"Alhamdulillah." Syukur Abu Waffa.
"Tengku. Bantu saya sebentar saja." Pinta Abu Waffa.
"O, iya. Tapi saya mau ke sawah nih. Yah apa boleh buat, rezeki tidak bisa ditolak." Dengan segera, tangan cekatannya membereskan ban yang telah kehilangan angin itu.
"Terima kasih banyak atas bantuannya, Tengku."