Industri rumahan cahaya bela memiliki empat orang karyawan ada yang dari keluarga dan lingkungan sekitar. Secara tidak langsung dengan adanya industri rumahan cahaya bela ini dapat meningkatkan perekenomian untuk keluarga ibu jumirah dan orang disekitarnya. Setelah melakukan produksi kripik singkong akan di distribusikan kepada yang memesan.
" kita biasa distribusiin ke beberapa tempat seperti warung-warung, mini market, lingkungan sekolah dan kuliah, banyak juga yang untuk konsumsi pribadi, ada yang pesan untuk di tempat makan seperti bakso, tekwan, sate, dan ada yang membeli untuk dijual kembali” (2/09/20)
Pada saat ini tentunya semua lapisan ekonomi merasakan dampak yang dirasakan dari pendemi Covid-19. Salah satunya industri rumahan milik ibu jumirah yang cukup merasakan penurunan produksi, seperti pada saat hari raya. Pada tahun ini industri rumahan cahaya bela tidak melakukan puncak produksi disaat ada pendemi covid-19.
“biasanya kalo untuk pesanan lebaran itu kita produksi dari awal puasa, tapi pada tahun ini kita produksi hanya dari pertengahan puasa” (2/9/20)
Selain itu juga ada yang tidak melanjutkan pesanan rutin, seperti di kantin kantin kampus dan sekolah. Karna saat ini proses belajar masih dilakukan dirumah.
“biasanya selalu ada pesanan 1000-1500 bungkus kecil untuk arena sekolah dan kuliah tapi sekarang tidak ada” (2/09/20)
Dapat terlihat penurunan produksi dari industri rumahan kripik singkong cahaya bela di masa pendemi covid-19 saat ini. Ketika saat hari biasa mereka produksi setiap hari untuk memenuhi pesana yang masuk dan akan melewati masa puncak produksi pada saat hari raya seperti hari raya idul fitri, idul adha namun tidak pada tahun ini. Selain itu juga tidak berlanjutnya pesanan dari kantin-kantin kampus dan sekolah dimana memberikan dampak yang cukup terasa untuk jumlah pesanan yang masuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H