Mohon tunggu...
Gadis Shafira
Gadis Shafira Mohon Tunggu... Freelancer - live and learn

dont forget to live your life and learn the journey guys 💕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Helicopter Parenting vs Permissive Parenting, Mana yang Lebih Baik?

3 November 2019   23:01 Diperbarui: 3 November 2019   23:22 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena selama ini semua hal, semua kekurangan, dan semua masalah selalu dibereskan orangtua, akibatnya anak menjadi kurang siap jika menghadapi suatu masalah secara langsung. Anak cenderung takut untuk menghadapi suatu masalah.

4 pembangkang.

Orangtua yang overprotective cenderung akan membuat anak menjadi seorang yang pembangkang.

Permissive Parenting.

Tidak seperti helicopter parenting, dalam permissive parenting ini justru orangtua lebih banyak membiarkan anak-anaknya untuk mengambil keputusan sendiri. Terkadang banyak orangtua yang menyagkal telah menerapkan permissive parenting ini, nyatanya ada banyak sekali yang menerapkan. Contoh ketika orangtua tau anak habis belajar hingga larut malah lalu keesokan paginya orangtua mengizinkan anaknya untuk tidak berangkat ke sekolah. Atau saat anak hanya mau mengkonsumsi mie dan orangtua mengabukan.

Ada banyak sekali orangtua yang mempertahankan pola pengasuhan seperti ini dengan klaim permissive parenting membuat anak mereka menjadi lebih mandiri. Meskipun benar, dalam beberapa kasuspola asuh ini jua menimbulkan banyak efek negatif. Penulis buku "Keeper of The Children", Laura M. Ramiez, anak-anak dengan pola asuh ini sering dianggap tidak sopan dan tidak pengertian. Anak-anak ini  cenderung bebas dalam menentukan pilihannya, yang terkadang dalam beberapa situasi "mengambil keputusan sendiri" itu bukan hal yang terbaik.

Pada dasarnya mausia harusnya di ajarkan mengenai aturan-aturan dan batasan-batasan yang berlaku dalam masyarakat sejak dini agar anak tidak kehilangan kesempatan untuk mengemembangakan kemampuan mendisiplinkan diri mereka sendiri. Misalkaan seperti saat anak berumur 3.5 tahun yang pada saat makan akan menyemprotkan makanannya kemana-mana, tetapi orangtua membiarrrkannya karena itu adalah hal "lucu" yang dilakukan oleh anak berumur 3.5 tahun. walaupun anak belum tau akan arti dari tidakan menyemprotkan makanan itu, sebenarnya anak sudah bisa mulai diajarkan bahwasannya sebenarnya perilaku tersebut tidak baik untuk dilakukan, tidak sopan dan tidak baik untuk diulangi.

Tindakan membiarkan akan perilaku negatif anak inilah yang membuat anak seperti mendapat suatu dukungan akan kebebasan dalam melakukan hal-hal tersebut. Namun, pada akhirnya pola asuh yang seperti ini yang tidak memberikan batasan membuat anak-anak tidak benar-benar merasakan dicintai malah justru merasa seperti diabaikan oleh orangtua. Hal ini dapat menjadi boomerang bagi orangtua.

Mana yang terbaik ?

Jika ragu dalam memillih gaya parenting, jangan khawatir~

Untuk membentuk karaker, kebiasaan, dan pribadi yang baik pada anak, orangtuapun harus mau untuk belajar. Baru setelah tau akan banyaknya gaya parenting dalam pengasuhan, orangtua bisa mem mix and match dalam menerapkan gaya parenting pada anak di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun