Mohon tunggu...
Safira Qotrul Iman
Safira Qotrul Iman Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Mahasiswi Ekonomi Syariah UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengapa Standar Emas Tidak Relevan Lagi?

20 Desember 2024   05:43 Diperbarui: 20 Desember 2024   06:39 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan pecahnya Perang Dunia I, standar emas tidak dapat bertahan baik dalam situasi yang baik maupun buruk, terutama disebabkan oleh meningkatnya utang internasional dan keuangan pemerintah yang memburuk selama perang (Lioudis, 2024).

Akibat perang, cadangan emas di beberapa negara semakin berkurang bahkan habis. Hal ini diperburuk dengan munculnya hiperinflasi, menyebabkan kenaikan harga yang melonjak pada berbagai kebutuhan dan semakin mendevaluasi nilai mata uang. Banyak negara yang membatasi penukaran emas dengan uang kertas, bahkan meninggalkan sistem standar emas. Karena ketidakmampuan sistem ini untuk menangani pembayaran dalam jumlah besar baik surplus maupun defisit, hal ini menyebabkan harga-harga tidak stabil pada masa The Great Depression (1929-1941) (Hokianto, dkk, 2023).

Pada tahun 1931, Jepang dan Inggris memutuskan untuk keluar dari sistem standar emas. Langkah ini diikuti oleh negara-negara Skandinavia serta beberapa anggota Kerajaan Inggris, seperti Kanada. Amerika Serikat menyusul pada tahun 1933, meskipun sempat mengatur ulang harga emas menjadi lebih tinggi, yaitu $35 per ons pada awal tahun 1934. Namun, warga negara Amerika tidak lagi diizinkan untuk memiliki emas secara pribadi. Beberapa tahun kemudian, pada 1936, Prancis, Swiss, Italia, dan Belgia juga keluar dari sistem ini. Meskipun saat itu belum terlihat jelas, langkah-langkah ini sebenarnya menandai berakhirnya standar emas (Meltzer dan Friedman, 2024).

Saat Perang Dunia II hampir berakhir, para pemimpin negara-negara Barat bertemu untuk menyusun Perjanjian Bretton Woods, yang menjadi kerangka kerja bagi pasar mata uang global hingga tahun 1971. Dalam sistem Bretton Woods, semua mata uang nasional diukur berdasarkan nilai terhadap dolar AS, yang kemudian menjadi mata uang cadangan utama dunia.

Namun, ketika dunia mulai bangkit kembali setelah Perang Dunia II, cadangan emas Amerika Serikat terus menurun. Hal ini terjadi karena tingginya permintaan impor dari AS serta aliran dana yang dikirim ke negara-negara yang hancur akibat perang. Kondisi ini diperburuk oleh inflasi tinggi di akhir 1960-an, yang menjadi pukulan terakhir bagi sistem standar emas.

Pada Agustus 1971, Presiden Richard Nixon memutuskan untuk memutuskan hubungan langsung antara dolar AS dan emas. Dengan keputusan ini, pasar mata uang internasional yang sebelumnya bergantung pada dolar AS melalui sistem Bretton Woods, kehilangan keterkaitannya dengan emas. Sejak itu, dolar AS, dan sistem keuangan global yang didukungnya, memasuki era fiat money atau uang yang tidak didukung oleh emas (Lioudis, 2024).

Kelebihan dan Kekurangan Standar Emas

Standar emas memberikan stabilitas nilai mata uang karena jumlah uang yang beredar dibatasi oleh cadangan emas yang memiliki nilai intrinsik. Sistem ini mencegah pemerintah mencetak uang secara berlebihan sehingga menekan inflasi dan melindungi negara dari potensi hiperinflasi akibat kebijakan moneter yang tidak sesuai. Selain itu, standar emas menciptakan nilai tukar internasional yang tetap antar negara dan juga dapat mengurangi ketidakpastian dalam perdagangan internasional.

Namun, standar emas memiliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah ketergantungan pada ketersediaan emas yang terbatas. Karena pasokan emas tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, sistem ini dapat membatasi kemampuan negara untuk meningkatkan jumlah uang beredar sesuai kebutuhan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi bisa terhambat, terutama saat permintaan uang meningkat untuk mendukung investasi dan perdagangan. Selain itu, standar emas membuat ekonomi sangat rentan terhadap fluktuasi harga emas di pasar global. Ketika harga emas naik atau turun secara tajam, stabilitas ekonomi dapat terganggu. Dalam situasi krisis, sistem ini juga membatasi fleksibilitas kebijakan moneter, sehingga pemerintah kesulitan menyesuaikan kebijakan untuk mengatasi resesi atau tekanan ekonomi lainnya. Kekakuan ini menjadi salah satu faktor utama penyebab runtuhnya standar emas, terutama ketika tekanan ekonomi global semakin kompleks seperti saat terjadinya Perang Dunia.

 

Mengapa Standar Emas Tergantikan oleh Mata Uang Fiat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun