Masih hangat dalam ingatan, kemarinn ada yang di boceng keliling kampong dengan sepeda motor keluaran 2000 yah meski di makan waktu katanya sih sepeda motor ini banyak kisahnya dalam mengadu nasib, hehe begitu ucapnya.
Bersama barang antic kesayangannya aku di jajahkan pemandangan lampu kadap-kedip dengan warna-warni sepanjang kilometer dan juga manusia yang sibuk lalu lalang dalam membeli kebutuhan untuk menyambut hari kemenangan esok.
Entah kenapa dengan percaya diri akupun merasa hal itu bisa kunikmati pada setiap tahun bahkan sampai rambut hitam memutih karena usia.Â
Yaaaahh, Betapa sombongnya umat Mu ini Tuhan.
Aku cukup percaya diri sebab dalam setiap kekhusyuan bait syair doa-doaku tak lain isinya hanya meminta Tuhan memberi kesempatan Ia hidup menua bersamaku hal ini menjadi keberangkatanku yang lupa akan rencana Allah.Â
Ternyata syair doaku tak mampu menembus suratan takdirku yang harus menerima kenyataan bahwa Lebaran kali ini tanpa Ayah.
Kini malam-malam sejuk ku dahulu hanyalah sepi yang tersisa.
..............................
Ini kali pertamaku lebaran tanpa Mu dan kali kesekian dalam menahan rindu.
Dan tanpa sopan waktu pun memaksaku harus Siap walau tak tahu bagaimana caranya untuk bertahan. Hingga akhirnya hanya diam yang membungkus kepingan hati.
Dan duka ini tak akan habis dalam kata-kata.