Mohon tunggu...
Safira Khairunnisa
Safira Khairunnisa Mohon Tunggu... pelajar

hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita di Sore Itu

24 Oktober 2023   22:01 Diperbarui: 24 Oktober 2023   22:15 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di senja yang indah di sore itu,aku duduk di sebuah cafe di tepi pantai. Tatapanku jatuh pada hamparan pasir putih dan ombak yang saling bersahutan. Langit di sore itu dihiasi dengan warna jingga,menciptakan rasa tenang bagi siapapun yang melihatnya. 

Ketika sedang menikmati ketenangan itu,netra ku terpaku pada seorang gadis kecil yang sedang berlari-lari di tepi pantai dengan tertawa girang,tanpa sadar sudut bibirku terangkat membentuk senyuman.

Tatapanku tak beralih sedikitpun darinya,sampai ketika seorang anak yang tampak lebih tua darinya mengajak gadis kecil itu untuk bermain bersama. Aku dapat mendengar mereka berkenalan,gadis kecil itu ternyata bernama Alisha,sedangkan anak yang lebih tua darinya bernama Namira.

Ketika mereka sedang membuat istana dari pasir, Namira mengusap matanya dengan tangannya yang kotor karena pasir, setelahnya Namira pun menangis karena merasa perih dimatanya. Ayah dan ibunya pun langsung menghampiri putrinya. Ayah Namira langsung menggendong dan mengusap punggung putrinya,sedangkan ibunya memarahi Alisha dan menyalahkannya.

"Kamu apain anak saya,kenapa matanya sampai memerah seperti itu?!!",marah ibu Namira yang bernama Lala.

Alisha yang dibentak seperti itu pun hanya menunduk takut,itu bukan salahnya.Aku yang melihat gadis kecil itu dibentak pun tak tega dan menghampirinya,aku merengkuh pundak yang bergetar itu dan menariknya mendekat ke arahku. 

"Maaf ibu ini bukan salah dia,tadi saya lihat anak ibu mengusap matanya ketika bermain pasir,makanya matanya memerah dan perih",bela ku.

"Alasan!! Saya nggak percaya,itu pasti akal-akalan kamu saja!".

"Ya ampun Bu... buat apa saya bohong?",ujar ku masih berusaha untuk tenang.

Tak lama setelah itu,datanglah seorang pria tampan dengan tubuh tinggi tegap dan badan kekar berlari ke arah kami dan langsung menggendong gadis kecil yang sedari tadi masih setia menunduk ketakutan. Gadis kecil yang bernama Alisha itu membalas pelukannya tak kalah erat dari pria itu.

'Sepertinya pria tampan ini adalah kakaknya',ujar ku dalam hati.

"Ada apa ini? Kenapa adik saya sampai ketakutan seperti ini??",tanya pria itu.

"Owhh jadi ini adik kamu? Jagain dong adik nya, gara-gara dia anak saya jadi nangis gini",ujar si ibu tadi terus menyalahkan Alisha.

"Ya Allah ibu.... tadi kan saya sudah bilang,itu salah anak ibu sendiri yang mengusap matanya dengan tangannya yang kotor",balas mu dengan nada lelah,sulit sekali meyakinkannya.

"Trus kamu pikir say- "

"Sudah bu.... tidak usah diperpanjang,namanya anak-anak ini sudah biasa",ucap ayah Namira menyela perkataan sang istri.

"Tapi mas..."

"Sudah,nggak ada tapi-tapian,kita pulang sekarang. Mas mbak maaf ya,kami izin pulang dulu, assalamualaikum...",pamit ayah Namira.

"Baik pak,tidak apa-apa,waalaikumsalam....",jawab kakak Alisha,aku juga menjawab salam ayah Namira sambil tersenyum ramah pada mereka.

Akhirnya mereka pergi dengan ibu Namira yang mendengus tidak puas.

"Abang....",cicit Alisha pelan yang masih nyaman di gendongan sang kakak.

"Kenapa sayang? Kamu diapain sama mereka,hm?",tanya sang kakak sambil mengelus lembut punggung adik kecilnya.

Alisha tidak menjawab dan semakin mengeratkan pelukannya pada leher sang kakak. Sangat menggemaskan.

Aku terbatuk pelan,mengambil atensi pria tampan yang berdiri membelakangi ku.

Tersadar akan sosokku,dia membalikkan badan dengan Alisha yang masih dalam gendongannya.

"Saya Abian,kakaknya Alisha",ujarnya memperkenalkan diri dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.

Aku terpaku pada senyum itu,senyuman yang sangat mempesona. Jantungku berdetak kencang melihat senyum rupawan itu.

Tersadar dari lamunan,aku pun juga memperkenalkan diri, berusaha menutupi rasa gugup dalam diriku.

"Ah ya,nama ku Meyza",

"Terima kasih kamu sudah membela adik saya tadi".

"Ya sama sama,aku hanya kasian dengannya. Sepertinya dia terlihat ketakutan",balasku sambil melirik Alisha dan mengelus punggungnya pelan.

Tak lama percakapan kami berlangsung Abian pamit undur diri dan membawa Alisha pergi. Namun gadis kecil itu menolak dan berusaha turun dari gendongan sang kakak. Setelah dapat turun,dia tersenyum ke arahku dan menarik tanganku untuk diajak bermain.

Aku dengan senang hati menerima ajakannya  dan kami pun menghabiskan sore yang indah itu dengan bahagia. Aku,Alisha dan Abian. Kami sudah seperti keluarga yang sempurna,haha.

Abian ternyata pria yang baik dan ramah. Dan Alisha,gadis kecil itu sangat lucu dan menggemaskan. Senyumannya sangat manis dengan pipi bulat dan tembam.

Setelah hari itu aku sering menghabiskan waktu dengan Alisha,tentu juga dengan Abian. Aku harap hubungan kami semakin terjalin dengan baik kedepannya.

~TAMAT~

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun