A. PENGERTIAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme secara umum adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu sesuai dengan keberadaan atau ada. Secara khususnya, eksistensialisme adalah bagaimana cara manusia meyakini bahwa dirinya berada di dunia.Â
Eksistensialisme antara manusia dan benda tentu berbeda. Benda dikatakan berarti karena manusia. Jadi, jika benda tersebut "berada", maka manusia lah yang "bereksistensi". Manusia dan benda memiliki cara berada yang berbeda. Manusia berada di dunia, dia menyadari bahwa dirinya ada di dunia, menghadapi dunia, menyadari adanya objek yang ada di dunia. Dengan menyadari adanya objek tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa benda berada karena adanya eksistensi dari manusia itu sendiri.
B. IMPLIKASI FILSAFAT EKSISTENSIALISME TERHADAP PENDIDIKAN
Tujuan aliran eksistensialisme terhadap pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan potensinya, agar semakin terasah dan sebagai bekal pemenuhan diri untuk meningkatkan prestasi. Peran pendidik terhadap pendidikan adalah sebagai pembimbing dan mengarahkan siswa agar berpikir secara relatif. Pendidik juga harus memperhatikan dan memastikan bahwa pengetahuan yang sudah diberikan dapat menimbulkan umpan balik dari setiap siswa sehingga terjadi adanya diskusi. Dengan adanya diskusi ini, diharapkan pendidik dapat merangsang siswa untuk berpikir sesuai dengan kebenaran dan keberadaannya. Dan siswa memiliki hak untuk berpendapat, memilih, dan bertanggung jawab atas pilihannya tersebut.
Metode diskusi ini adalah cara yang tepat untuk menerapkan aliran eksistensialisme terhadap pendidikan.
C. Â TOKOH-TOKOH FILSAFAT EKSISTENSIALISME
Berikut beberapa tokoh filsafat eksistensialisme, sebagai berikut :
a. Jean Paul Sastre
Pemikiran Sastre, eksistensi ada lebih dulu daripada esensi. Kesadaran terhadap diri sendiri lebih kuat daripada kesadaran akan suatu objek atau benda.Â
b. Soren Aabye Kierkegaard
Pemikiran Soren mengenai eksistensialisme adalah eksistensi manusia bukanlah hal yang statis, akan tetapi selalu bergerak maju untuk mewujudkan kenyatannya atau cita-cita.
c. Martin Heidegger
Bagi Martin, adanya keberadaan karena eksistensinya. Keberadaan manusia berhubungan dengan potensi yang dimiliki. Bagaimana manusia dapat mengasah, memakai, mengerjakan, dan menyelesaikan segala sesuatu yang melibatkan dirinya.Â
D. Karl Jaspers
Pokok filsafat eksistensialisme bagi Jaspers adalah bagaimana cara menangkap "ada" menurut eksistensi diri sendiri. Menurutnya "ada" bukanlah hal yang objektif yang dapat diketahui setiap orang. Â Akan tetapi, mereka harus membuktikan "ada" dengan beberapa tahapan-tahapan.Â
Salam hangat,
Safirah Putri Farahiyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H