Mohon tunggu...
Safira Nonik Alsyanda
Safira Nonik Alsyanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa hubungan internasional yang pengin produktif

youre doing the best you can

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Soekarno dan Soeharto Menghadapi Covid-19

28 April 2021   21:44 Diperbarui: 28 April 2021   21:56 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi Covid-19 di Indonesia dan dunia telah berlangsung selama kurang lebih satu tahun ini. Namun, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dinilai lambat dan terlambat. Presiden Joko Widodo dianggap kurang tegas dalam mengeluarkan kebijakan terkait pandemi ini. Pandemi tak kunjung usai ekonomi pun turut terimbas bahkan tak hanya sektor ekonomi yang kena imbasnya, hampir seluruh aspek kehidupan turut kena imbas dari  lambat dan lemahnya penanganan pandemi ini. Melihat kondisi seperti itu, saya membayangkan tentang dua sosok hebat pemimpin Indonesia di masa lalu, yaitu Soekarno dan Soeharto. Keduanya hebat dengan pemikirannya dan pembawaannya masing-masing. Artikel ini akan membahas tentang bagaimana jika pemikiran dan cara kepemimpinan dua tokoh tersebut diterapkan dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.

Soekarno

Soekarno dikenal sebagai Presiden Indonesia yang kharismatik dan menggebu-gebu. Soekarno mampu menyebarkan semangatnya dan memengaruhi orang banyak, tidak heran beliau berteman dengan para tokoh pemimpin dunia dan menerapkan politik luar negeri Indonesia yang ‘High Profile’. Dengan bergaul dengan banyak tokoh dunia, Soekarno ingin Indonesia dipandang sebagai negara besar seperti yang lainnya. 

Kemampuannya menebar semangat dan memengaruhi orang banyak juga mendorong keberhasilannya membentuk Gerakan Non-Blok, untuk mewadahi negara-negara yang tidak ingin terlibat pada salah satu kubu yang sedang bersitegang kala itu. Sekarang kita bayangkan jika cara kepemimpinan dan politik luar negeri Indonesia di masa Soekarno ini diterapkan di masa sekarang saat pandemi Covid-19 merebak.

Jika di masa pandemi seperti saat ini, Indonesia berada di bawah kepemimpinan Soekarno, apa yang mungkin akan terjadi? Gambaran saya di awal pandemi, respon pemerintahan Soekarno sedikit banyak akan sama seperti pemerintahan Joko Widodo yang terkesan menganggap remeh kedatangan virus ini. Mengapa dibayangkan seperti demikian? 

Melihat dari sejarah peristiwa G30S PKI, Soekarno dinilai tidak merespon isu ini dengan serius, hal ini memicu kemarahan rakyat kepada Soekarno kala itu, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan Soekarno juga akan menganggap enteng isu pandemi ini di awal. Selanjutnya, dalam perjalanan penanganan pandemi, dengan sikap dan pembawaannya yang kharismatik, saya rasa Soekarno mampu mengendalikan stabilitas nasional dan memengaruhi masyarakat Indonesia untuk manut terhadap kebijakan terkait pandemi yang diambil pemerintah seperti misalnya kebijakan lockdown dan pembatasan sosial. Seruan Soekarno didengar oleh rakyat. 

Kemudian dalam hubungannya dengan negara lain, Soekarno tidak akan menutup hubungan dengan negara manapun, ya seperti yang kini dilakukan oleh Presiden Jokowi. Namun, mungkin akan ada kecondongan ke salah satu negara, tidak bisa dipungkiri dan sudah menjadi rahasia umum kalau Soekarno memiliki hubungan dekat dengan negara kiri.

Soeharto

Pernahkah anda melihat stiker atau gambar yang menampilkan sosok laki-laki tua gagah dengan senyum terpatri di bibirnya kemudian dilengkapi dengan kalimat “Piye Kabare? Enak Jamanku to”. Lelaki tersebut adalah Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia dan juga Bapak Pembangunan Indonesia. Soeharto lengser dari jabatannya sebagai Presiden pada tahun 1998 karena kepemimpinannya dianggap korup. Lalu mengapa di pamflet atau stiker tersebut di atas kalimat yang terlontar justru terkesan seperti rindu pada masa kepemimpinan Soeharto?

Dalam menjalankan pemerintahannya, Soeharto menerapkan sistem pemerintahan yang terpusat dan otokritik. Sistem pemerintahan ini cocok diterapkan di Indonesia yang pada saat itu tengah berada di kondisi yang rentan. Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengendalikan segala urusan negara. Pribadinya tenang, hati-hati, sederhana, berbicara seperlunya dan tentu saja tegas. Dalam sejarah kepemimpinannya yang panjang, Soeharto telah mengukir banyak prestasi dan pencapaian terutama dalam pembangunan. Soeharto juga tak kalah dari Soekarno dalam hal pergaulannya di dunia internasional. Dalam kebijakan politik luar negeri, beliau mengambil jalan yang berbeda dari Presiden sebelumnya—Soekarno. Jika Soekarno menerapkan politik luar negeri yang “High Profile”, Soeharto menerapkan politik luar negeri yang “Low Profile”, Presiden Soeharto kala itu memprioritaskan pembangunan ekonomi dan stabilitas politik dan keamanan.

Setelah melihat sedikit gambaran tentang kepribadian dan cara kepemimpinan Soeharto tersebut, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana gambaran cara Soeharto ketika menangani pandemic Covid-19 saat ini. Pertama, dari sikap tegasnya kita dapat bayangkan seberapa besar pengaruh perintah Soeharto dalam menyerukan lockdown sebagai langkah pertama menurunkan angka kasus atau tingkat infeksi. Rakyatpun tidak perlu khawatir dan risau akan kebutuhan makanan dan kebutuhan lain karena Soeharto sangat memperhatikan rakyat kecil. Kedua, Soeharto merupakan sosok yang mudah beradaptasi dan siap dengan perubahan. 

Beliau memiliki banyak inovasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan, kembali pada pribadinya yang tenang namun tegas, kebijakan yang diambilnya tentu akan terdengar jelas dan menjadi lanncar saat diimplementasikan. Ketiga, seperti yang sudah pernah dilakukannya saat mengundang para konglomerat untuk dimintai bantuannya membangun negeri ini, Soeharto mungkin akan memaksimalkan peran unsur-unsur di luar pemerintah untuk mengurangi risiko krisis ekonomi yang mungkin terjadi karena adanya pandemi. Selain untuk dimintai bantuannya, kaum-kaum elite atau kaya akan didorong untuk mengeluarkan uangnya untuk dibelanjakan di dalam negeri, dengan demikian roda ekonomi Indonesia bisa terus berjalan, kekayaan merekapun tidak terpendam dan kemudian turut terkena imbasnya.

Keempat, bukan hal yang asing bagi kita jika Soeharto dahulu menerapakan dwifungsi ABRI untuk bekerja di hampir setiap sektor, jika kita bayangkan saat ini Soeharto yang menjabat sebagai Presiden, bukan hal yang tidak mungkin jika menteri yang bekerja di suatu sektor (misalnya: kesehatan) sesungguhnya tidak benar-benar memahami tentang virus ini tetapi dipaksa paham dan yang selanjutnya terjadi adalah upaya penanganan pandemi menjadi tidak efektif. Kelima, dalam hubungannya dengan negara lain Soeharto tidak menutup pintu hubungan dengan negara manapun, kanan-kiri bukan masalah. Namun dalam upaya penanganan pandemi ini kemungkinan Soeharto akan bekerjasama dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat.

Setiap pemimpin tentu memiliki gaya dan caranya masing-masing untuk menjalankan tugasnya. Setiap pemimpin juga tentu dihadapkan oleh permasalahan-permasalahan yang berbeda setiap masanya. Artikel ini saya tulis sebatas untuk mengkaji bagaimana jika penanganan Covid-19 di Indonesia dijalankan oleh sistem yang berbeda dari sistem yang saat ini diterapkan, ya tentu saja selalu ada plus minus dari setiap sistem. Namun jika kita bisa ambil yang baik-baik diantaranya bukankah bisa saling melengkapi?

Artikel ini hanyalah gambaran dan opini penulis dengan memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi. Penulis terbuka untuk segala saran, kritik dan masukan atas artikel ini.

Referensi

Haryanto, Agus. (2016.). Diplomasi Indonesia Realitas dan Prospek (M. Badaruddin (ed.); 1st ed.). CV Pustaka Ilmu Grup.

Noventari, W. (n.d.). KUASA DIBALIK SENYUM SANG JENDRAL (Analisis Gaya Kepemimpinan Dan Bagaimana Soeharto Melanggengkan Kekuasaan Selama 32 Tahun). Jurnal Ilmiah-Vidya, 24(2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun