KH. Abdurrahman Wahid
Cacat Mata Tak Menyurutkan Keinginannya Menjadi Presiden
(dok.santrigusdur)Masa Kecil Sang Mantan Presiden
KH. Abdurrahman Wahid atau sering kita sebut dengan Gus Dur, merupakan tokoh yang cukup fenomenal di Indonesia. Ia lahir di Jombang, Jawa Timur pada 7 September 1940. Beliau adalah cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama yaitu KH. Hasyim Asyari. Ia lahir dari pasangan Wakhid Hasyim dan Solichah. Gus Dur kecil adalah seorang lelaki yang biasa-biasa saja. Walaupun beliau adalah cucu dari seorang pahlawan, tapi Gus Dur tidak pernah lupa akan ajaran sang kakek untuk tidak mengabaikan kepentingan orang-orang disekitarnya.
Pada tahun 1994, Gus Dur kecil terpaksa meninggalkan Jombang dan menuju ke Jakarta karena mengikuti sang ayah. Kala itu , sang ayah resmi terpilih menjadi Menteri Agama di tahun 1949 . Akhirnya , Gus Dur pun resmi menetap di Jakarta.
Setelah berhasil beradaptasi di Jakarta, Gus Dur kecil pun mulai bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya . Di usianya yang mengajak 6 tahun, Gus Dur pun mendaftarkan diri untuk menempuh pendidikan di SD KRIS sebelum akhirnya ia pindah ke SD Matraman Perwari .
Setelah berhasil menamatkan pendidikan dasarnya, Gus Dur pun menempuh pendidikannya ke jenjang selanjutnya sambil menjadi seorang santri di pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak, yogyakarta . Disana beliau tidak hanya belajar banyak hal mengenai agama, tapi juga ilmu politik dan lain sebagainya. Bahkan , Gus Dur juga pernah menyelesaikan buku Das kapitalitas karya dari Karl Marx.
Setelah lulus SMP , Gus Dur pun kembali menempuh pendidikan di pendidikan muslim di Pondok Tegalrejo, Magelang . Gus Dur adalah salah satu figur yg tak pernah mau berhenti belajar. Setelah menempuh pendidikandi tempat tersebut selama 2 tahun, Gus Dur pun melanjutkan pendidikannya di pesantren Tambakberas di jombang pada tahun 1959.Di tempat tersebut , Gus Dur juga bekerja sebagai seorang guru ,namun seiring berjalannya waktu beliau pun menjadi kepala sekolah di tempat tersebut .
Selain pernah menjabat sebagai seorang kepala sekolah , Gus Dur pun juga sempat menjadi seorang jurnalis majalah seperti Horizon dan Majalah Budaya Jaya .
Â
Pendidikan Sang Mantan Presiden
Tepatnya di tahun 1963, Gus Dur mendapat beasiswa untuk belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo dari Kementrian Agama. Beliau bertolak ke Mesir untuk menempuh pendidikannya. Beliau dipaksa untuk mengikuti kelas remedial sebelum mengikuti pelajaran Agama Islam dan Bahasa Arab. Hal tersebut terjadi karena Gus Dur tidak bisa membuktikan bahwa ia tidak bisa berbahasa Arab. Namun sayangnya, beliau tidak menyelesaikan pendidikannya disana dan kemudian Gus Dur diminta mengulang pendidikan di Baghdad University, Irak hinggan tahun 1971.
Gus Dur dan Indera Penglihatan
Pada tahun 1985 Gus Dur mengalami gangguan mata atau sering disebut Glaukoma. Berbagai macam pengobatan sudah beliau lakukan namun penyakit matanya belum juga sembuh. Beberapa dokter yang pernah memeriksa Gus Dur menyebutkan bahwa syaraf pada Gus Dur sudah rusak. Penyakit tersebut menyebabkan penglihatan Gus Dur terganggu secara bertahap. Namun Gus Dur masih dibilang beruntung karena hanya mata sebelah kirinya saja yang rusak, sedangkan mata kanannya masih bisa diselamatkan.