Ustadz Adi Hidayat mengatakan dalam cermahnya yakni jika orang ikhlas syahadatnya maka dia akan  mudah menjalankan syariat islam seperti shalat, karena digambaran syafaat itu bukan karena dia hanya membaca kalimat syahadat saja. Tapi mereka yang mau membuktikan ucapan laailaaha illallahu dengan perangkat amal. Karena logikanya jika yang islam hanya ktp saja sedangkan orangnya tidak maka yang masuk islam hanya ktp saja bukan?
Ada orang yang ngaku islam tapi nggk nyampe ke hatinya, karena tidak sampai pada hati dan hanya sebatas di tenggorokan akhirnya pembukyiannya tidak ada. Sama halnya dengan cinta, jika cinta itu sampai pada hatinya maka itu akan dibuktikan  dengan nikah.
Banyak masyarakat yang mengaku atau bahkan identitas islam tapi perilaku tidak mencerminkan bahwa dia muslim. Mereka tidak berperilaku sesuai al quran hadis, bahkan tidak bisa membaca Al quran, jadi bagaimana mereka akan memahami Al quran. Mereka sama halnya dengan orang orang yang munafik menurut beberapa ulama, bahkan lebih dulu masuk neraka dari pada orang kafir. Mengapa demikian? Karena orang kafir mereka memang sedari kecil tidak beriman pada Allah, sedangkan orang munafik mereka beriman namun hanya sebatas lisan saja. Mereka tidak melakukan ajaran islam, atau bahkan tidak mencontohkan perilaku sebagai seorang muslim.
Namun disisii lain fenomena islam ktp juga memberikan barokah tersendiri. Islam menjadi agam yang mayoritas selain memang masyarakat benar-benar melakukan syariat islam disisi lain juga dihitung dari orang-orang yang hanya islam ktp. Karna jikalau islam hanya dihitung dari jumlah orang yang taat saja maka islam akan menjadi agam yang minoritas dikalangan agama yang lain. Gus Baha juga pernah mengatakan bahwa barokahnya orang islam percaya diri itu karena jumlahnya yang mayoritas. Fenom3na seperti ini banyak terjadi di kalangan masyarakat, bukan hanya pada masyarakat pedalaman saja namun juga masyarakat kota.
Selain adanya fenomena islam ktp yang telah disebutkan, ada juga fenomena islam kejawen. Sesuai dengan namanya islam kejawen ini banyak terjadi di daerah Jawa. Â Fenomena ini terjadi karena masyarakat masih menganut agama nenek moyang, mereka percaya pada tuhan namun dalam menjalankan syariat mereka kurang ditekankan dan lebih menekankan dalam aspek tasawuf
Menurut Koentjaraningrat, 184, Hadikusuma, 1993, Khalim ,2011, dalam uskuri 2021, islam kejawen merupakan perpaduan antara kepercayaan asli Jawa dengan pengaruh hindu budha serta pengaruh dari islam pada masa Demak. Fenomena islam kejawen dikarenakan masuknya islam ke Jawa pada saat dimana masyarakat Jawa masih kental akan kepercayaan animisme dan dinamisme serta  kepercayaan Hindu budha yang ada pada masa kerajaan sehingga masuknya islam masih bercampur dengan kepercayaan dahulu.
Agama kejawen tentu tidak masuk dalam angket pengisian ktp, sehingga penganut agama kejawen pasti ditulis dengan agama islam. Hal ini tentu menyebabkan masyarakat yang menganut islam kejawen tidak sedikit yang menjalankan syariat islam seperti biasanya namun mereka juga mengikuti hari-hari besar dalam islam, seperti hari raya idul adha, idul fitri maupun hari besar lainnya.
Referensi
Uskuri Lailal Munna dan Lutfiah Ayundasari. (2021). Islam Kejawen: Lahirnya akulturasi Islam dengan budaya Jawa di Yogyakarta. Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial(JIHI3S). 1(3).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H