Mohon tunggu...
Safinatun  Najah
Safinatun Najah Mohon Tunggu... Freelancer - Safina

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Virus Corona terhadap Proses Kegiatan Belajar Mengajar

30 Agustus 2020   21:11 Diperbarui: 30 Agustus 2020   21:07 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Telah kita ketahui bahwa berbagai negara di belahan dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19 yang awal mulanya hanya meresahkan satu kota saja di Negara China yaitu Kota Wuhan. B

ermula di sebuah pasar makanan laut Huanan di pusat Kota Wuhan, terdapat salah satu penjual makanan laut yang tidak enak badan dan mengalami flu. 

Mereka tidak menyangka bahwa gejala yang umumnya terjadi pada saat demam ternyata menjadi petaka oleh sebagian warga Wuhan. Dikonfirmasi bahwa  penjual makanan laut tersebut mengidap penyakit virus corona yang masih belum diketahui oleh banyak orang. 

Namun pada akhirnya pihak Rumah Sakit menetapkan untuk selalu mencuci tangan, menggunakan masker, dan menggunakan sarung tangan karena Virus Corona bisa menular dari manusia ke manusia yang lain.

Kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. 

Pada 9 April, pandemic sudah menyebar ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah sebagai provinsi paling terpapar. Sampai tanggal 30 Agustus 2020, Indonesia telah melaporkan 172.053 kasus positif, kedua terbanyak di Asia Tenggara setelah Filipina. 

Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 7.343 kematian. Namun, angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus kematian dengan gejala COVID-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites.

Seperti yang kita ketahui sekarang bahwa dampak dari pandemi ini sangat berpengaruh dalam segala aspek terutama pada kondisi kesehatan dan perekonomian negara. 

Dengan adanya pandemi Covid-19 tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian Indonesia saat ini sedang berada dalam kondisi yang bisa dibilang "sangat tidak stabil". 

Dikutip dari KOMPAS.com, berdasarkan pertumbuhan dari tahun ke tahun, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,53 persen. Hal ini cukup bisa dimaklumi mengingat dengan adanya anjuran dari pemerintah untuk "di rumah saja" maka banyak orang menjalankan pekerjaan, hiburan dan pendidikan melalui teknologi informasi.   

 Proses belajar mengajar dilakukan melalui teknologi informasi. Akan tetapi ada banyak keluhan terkait pelaksanaannya. Terutam untuk masyarakat pelosok desa yang sulit untuk mendapatkan akses sinyal. 

Selain itu banyak dari mereka (para siswa) yang belum mahir mengoperasikan handphone bahkan ada beberapa dari mereka yang belum mempunyai handphone. Hal tersebut memaksa para wali murid untuk membeli handphone demi terlaksananya proses belajar mengajar melalui media teknologi infromasi.

Pada bulan Juli 2020, pemerintah menetapkan proses belajar mengajar secara tatap muka bagi daerah zona hiijau. Untuk daerah yang berada di zona kuning, oranye, dan merah, pembelajaran tatap muka selama pandemi virus corona ini dilarang. Satuan pendidikan pada zona-zona tersebut masih harus tetap melanjutkan kegiatan Belajar dari Rumah (BDR). 

Menurut data.covid19.go.id per 15 Juni 2020, 94% peserta didik di zona kuning, oranye, dan merah tersebar dalam 429 kabupaten dan kota. Sementara 6% peserta didik yang berada di zona hijau tersebar dalam 85 kabupaten dan kota.

Bagi para peserta didik yang berada di zona hijau, ada tahap proses pengambilan keputusan dimulainya pembelajaran tatap muka. Berikut keterangannya.

1. Kabupaten atau Kota dalam Zona Hijau

Jika peserta didik berada di zona merah, oranye, dan kuning maka tetap melanjutkan pembelaran Belajar dari Rumah secara penuh. Bagi yang berada di kabupaten dan kota dalam zona hijau, maka bisa lanjut ke tahap selanjutnya.

2. Mendapat Izin dari Pemda atau Kanwil/Kantor Kemenag

Kalau pihak Pemda atau Kanwil/Kantor Kemenag tidak memberi izin pembelajaran tatap muka, maka peserta didik melanjutkan belajar dari rumah secara penuh. Jika izin sudah didapatkan maka proses selanjutnya adalah mengecek kesiapan.

3. Satuan Pendidikan Penuhi Semua Daftar Siap Periksa dan Siap

Apakah satuan pendidikan sudah memenuhi semua daftar periksa dan siap melakukan pembelajaran tatap muka? Jika tidak, maka peserta didik melanjutkan BDR secara penuh. Bila semua sudah siap, maka langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan dari orangtua.

4. Orangtua Setuju dengan Pembelajaran Tatap Muka

Ini langkah terakhir. Jika orangtua memberi persetujuan untuk pembelajaran tatap muka, maka peserta didik bisa memulai pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan secara bertahap. Tanpa persetujuan orangtua, maka peserta didik melanjutkan kegiatan belajar dari rumah secara penuh.

            Melihat dari data yang ada, daerah zona hijau masih lebih sedikit daripada zona kuning, oranye, dan merah. Tak sedikit para orang tua menemui banyak kendala dalam pelaksanaan kegiatan belajar di rumah. Hampir sebagian besar laman sosial media mengunggah suka dan duka para orang tua yang menjadi guru dadakan untuk membimbing anak-anaknya belajar di rumahnya masing-masing. Bahkan banyak para orang tua sengaja mengundang guru private untuk membimbing putra-putrinya belajar di rumah.

            Para orang tua memang tidak semuanya memiliki kesiapan untuk menjadi pembimbing belajar online untuk anak-anaknya. Tanggapan positif banyak dikemukakan, mulai dari kedekatan secara psikologis dengan anak lantaran membimbing secara langsung proses belajar online; mengetahui perkembangan akademis anak dan menumbuhkan kebersamaan serta membangun komunikasi yang baik dalam lingkungan rumah. Bagi orang tua yang biasanya menganggarkan katering untuk bekal sekolah anak, saat ini bisa menghemat anggaran untuk dialokasikan kepada kebutuhan lainnya.

            Meski begitu, tidak sedikit juga yang mengalami beberapa kendala sepanjang menjadi pembimbing dalam pelaksanaan belajar online di rumah, mulai dari kendala eksternal maupun internal.

Kendala eksternal lebih banyak didominasi oleh jaringan internet yang tidak mendukung ataupun kondisinya yang lemot. Bahkan di beberapa daerah banyak yang belum memiliki alat pendukungnya, seperti gadget, sehingga terpaksa mengandalkan warung internet untuk melaksanakan belajar secara online. Nah, tidak sedikit pula yang kemudian berakhir dengan bermain game online.

Kendala internal juga tak kalah banyak, mulai dari para orang tua yang mengaku kesulitan karena tidak memiliki penguasaan materi-materi pelajaran sekolah hingga anak yang kurang disiplin, karena mereka menganggap di rumah berarti libur.

Selain itu, perubahan suasana hati (moody) anak dalam belajar online juga menjadi hal penting lainnya yang perlu dijaga. Lantaran, tugas sekolah yang terlalu banyak sehingga menimbulkan rasa bosan anak. Sedangkan, belajar dengan metode ini membutuhkan daya tangkap yang cepat.

Safinatun Najah (E20172024)

Prodi Ekonomi Syariah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun