Mohon tunggu...
Syarifah Safina Auliya A.
Syarifah Safina Auliya A. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Halo! Saya adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. `

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Outfit Skena: Ekspresi Identitas Budaya yang Dinamis di Kalangan Anak Muda

26 Juni 2024   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2024   07:57 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kamu pernah melihat orang dengan pakaian unik dan nyentrik saat sedang bepergian? Misalnya, menggunakan rok dan kaos hitam panjang dilengkapi dengan aksesori yang berwarna sama?

Jika kamu pernah menjumpainya, gaya berpakaian itu adalah bagian dari outfit skena yang saat ini sedang nge-tren di kalangan anak muda.

Dahulu, outfit skena identik dengan baju bergambar penyanyi dari suatu grup musik atau suatu perkumpulan yang memiliki ciri khas tertentu. 

Itu sebabnya dahulu pengguna outfit skena umumnya ditemukan dalam setiap acara konser maupun ketika sedang berkumpul bersama dengan komunitasnya. 

Hal ini karena skena diartikan sebagai sekumpulan orang yang rela bepergian bersama hanya untuk membahas topik yang sama-sama digemari saja atau bisa dibilang sefrekuensi saja. 

Outfit skena tidak dapat digeneralisir dikatakan sebagai outfit skena begitu saja. Sebab, pada dasarnya outfit skena memiliki banyak jenis dan emua jenisnya memiliki masing-masing ciri khas yang bergantung pada subkulturnya. 

Misalnya, pada subkultur skena goth identik dengan baju serta aksesoris serba hitam dan rok panjang, subkultur skena emo identik dengan baju ketat, skinny jeans, dan sepatu kanvas berwarna, atau subkultur skena skater yang marak ditemui identik dengan baju oversize, baggy jeans, dan sepatu skate. 

Tren outfit skena memiliki hubungan yang erat dengan identitas budaya sebab tren ini menunjukkan ekspresi dari identitas budaya yang dinamis dan multifaset.

Meskipun sebenarnya outfit skena sudah ada dari tahun 1970-an mengikuti dengan keberadaan subkulturnya, beberapa orang menganggap bahwa outfit skena menyalahi norma tak tertulis di masyarakat tentang berpakaian. 

Hal ini kemudian berkembang menjadi stereotip dan pandangan negatif yang seolah-olah lumrah untuk diberikan kepada anak muda yang menggunakan outfit skena. 

Salah satu stereotip yang sering terjadi adalah anggapan bahwa pengguna outfit skena merupakan pemberontak, tidak sopan, dan aneh.

Padahal, outfit skena merupakan salah satu cara anak muda untuk mengekspresikan identitasnya melalui subkultur yang diikutinya. 

Pengekspresian diri ini ditunjukkan melalui aksesori yang dikenakan dan kemudian menjadi simbol identitas kolektif yang menjadi penanda bahwa anak muda tersebut merupakan bagian dari subkultur atau kelompok tertentu. 

Dengan subkultur dan ciri khasnya yang berbeda, setiap outfit skena menunjukkan keunikan yang dimiliki oleh anak muda yang berusaha untuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan diri mereka kepada umum. 

Media sosial dan kelompok sebaya menjadi dua hal utama dalam proses penyebaran tren ini. 

Media sosial memungkinkan anak muda untuk mengikuti tren ini melalui tren yang juga sedang berkembang di media sosial. Jika tertinggal, bisa saja anak muda tersebut merasa ‘ketinggalan zaman’. 

Sedangkan, kelompok sebaya menjadi tempat untuk dirinya mendapatkan pengakuan agar dapat diterima menjadi bagian dari kelompok tersebut, atau hanya sekedar tidak ingin merasa left out dan berbeda dari anggota kelompok yang lain.

Kehadiran dan fleksibilitas tren ini menunjukkan bagaimana sebenarnya identitas budaya sebenarnya selalu mengalami adaptasi dan perubahan bagi setiap individunya.

Hal ini sangat sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Larry A. Samovar, seorang ahli komunikasi antarbudaya, yakni, “Identity is fluid and complex, reflecting the many contexts in which we interact and the diverse cultural influences we encounter. It is shaped and reshaped by our experiences, relationships, and the evolving nature of society.” (Samovar dkk., 2017).

Jadi, apa mengenakan outfit skena juga menjadi caramu untuk mengekspresikan dirimu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun