Dalam kehidupan manusia, banyak tradisi yang dilakukan untuk menandakan suatu peristiwa atau hari yang dianggap penting dan bermakna. Malam satu suro menjadi salah satu hari yang dianggap cukup penting bagi masyarakat Indonesia dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam. Sebagai tradisi tahunan, Malam Satu Suro erat kaitannya dengan kedudukan bulan Muharam yang istimewa bagi umat Islam. Malam Satu Suro menjadi salah satu upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT atas kenikmatan dan kehidupan yang lebih baik selama satu tahun yang lalu dan di masa yang akan mendatang.
Desa Jagara, salah satu desa yang terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat memiliki perayaan malam satu suro yang sangat khas dan sarat akan nilai budaya lokal. Dalam peringatan Malam Satu Suro tepatnya pada tanggal 6 Juli 2024, Desa Jagara memiliki dua agenda utama yaitu pawai obor dan penyajian bubur sura. Kegiatan ini rutin dilakukan oleh masyarakat Desa Jagara secara tahun ke tahun.
"Kegiatan ini dilakukan untuk memperingati malam tahun baru Islam, kan kebanyakan masyarakat Indonesia hanya merayakan tahun baru masehi saja, sebagai umat Islam tahun baru Hijriah juga harus diperingati" ucap Kesra Pemerintah Desa Jagara.
Ada yang berbeda dengan para perangkat desa pada malam ini. Tak seperti hari-hari biasanya, pada malam ini para perangkat desa terlihat menggunakan pakaian berwarna putih dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pakaian tersebut merupakan pakaian pangsi. Pakaian pangsi, dengan desainnya yang sederhana namun bermakna, mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan dan kesucian yang dianut oleh masyarakat Sunda. Â
Pakaian pangsi biasanya dipakai para perangkat desa di waktu-waktu tertentu seperti pada saat kegiatan islami, pada saat hari jadi Desa Jagara, dan Malam Satu Sura. Dalam pemakaian pakaian pangsi biasanya dilengkapi dengan ikat kepala berwarna putih pula yang disebut dengan totopong. Penggunaan pakaian pangsi berwarna putih oleh perangkat desa tidak hanya menambah khidmat suasana, tetapi juga menjadi simbol penting dalam pelestarian budaya.Â
Pelaksanaan Kegiatan
Adapun dalam persiapannya, pembuatan bubur sura dilakukan sebelum Malam Satu Suro yang dilakukan di GOR Desa Jagara. Pembuatan bubur sura dilakukan oleh masyarakat Desa Jagara sendiri secara swadaya. Bubur sura dibuat dan disajikan sebanyak 1000 porsi yang nantinya akan dibagikan kepada seluruh masyarakat Jagara.Â
Bubur sura merupakan sajian spesial yang dihidangkan pada saat Malam Satu Suro. Bubur tanpa penambahan kuah ataupun ayam ini memiliki cita rasa khas karena di dalamnya terdapat isian kacang tanah dan jagung. Selanjutnya, bubur sura disajikan dengan taburan telur dadar yang telah diiris tipis serta bawang goreng.
Setelah pembuatan bubur sura selesai, warga Jagara kembali berkumpul ke GOR Desa Jagara setelah magrib untuk meramaikan Malam Satu Suro melalui pawai obor. Pawai obor dilakukan masyarakat Jagara dengan berjalan bersama membawa obor yang menyala mengelilingi desa.Â
Sebelumnya, pelaksanaan pawai obor biasanya dilakukan dengan mengelilingi Waduk Darma dengan menggunakan 12 mobil terbuka. Namun, karena malam itu di Jagara sedang hujan deras, pelaksanaan pawai obor hanya dilakukan dengan jalan kaki mengelelingi desa. Puji-pujian dan sholawat juga turut dilantunkan ketika masyarakat berjalan mengelelingi desa.Â
Sebelumnya, obor telah dibuat oleh masyarakat Jagara dibawah koordinator ketua RT. Obor tersebut dibuat menggunakan bambu yang telah dipotong sama besar dan pada bagian atas diberi kain perca yang nantinya akan dibasahi minyak tanah agar api dapat menyala.Â
Mempererat silaturahmi dan keakraban antar warga
Malam yang cukup intim ini memberikan wadah masyarakat Jagara untuk berkumpul dan memeriahkan pawai obor bersama, menikmati bubur sura, dan memanjatkan syukur dengan berdoa bersama di masjid. Dalam suasana yang penuh kekeluargaan, warga desa saling berinteraksi, berbincang, dan mempererat hubungan sosial yang mungkin jarang terjadi dalam keseharian yang sibuk.
Selain itu, perayaan ini juga merupakan bentuk upaya melestarikan tradisi dan budaya yang ada di masyarakat. Dengan tetap menjalankan kegiatan-kegiatan seperti pawai obor dan penyajian bubur sura, masyarakat Desa Jagara menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga warisan budaya agar tidak hilang ditelan zaman.
Perayaan malam satu Suro di Desa Jagara adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan budaya dapat menjadi penghubung antar generasi, mempererat hubungan sosial, dan menjadi wujud rasa syukur terhadap Sang Pencipta. Melalui perayaan ini, masyarakat Desa Jagara terus menjaga dan merawat nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H