Sore yang hangat, tengah menyapa
disepanjang jalanan aspal yang lembab
perbatasan Kabupaten Malang-Blitar
.
Kilauan cahaya sore
berhasil menawan hati
untuk memburu secangkir kopi
di angkringan dekat jembatan Lahor
.
Udara yang masih kental dengan
aroma hujan,
membawa kawanan anak muda lain
memenuhi meja angkringan.
Ada yang pesan kopi,
teh hangat,
mie instant,
dawet ayu,
coklat panas,
cilok.
Ada juga yang hanya sekedar beristirahat
dengan kaki yang diselonjorkan
maupun berlari-lari kecil
menjemput dan menunggu momen senja
untuk selfie, di tepian jembatan.
.
Ceria, cerita, dan cuitan
memenuhi kolom sore waktu itu.
Senang sekali rasanya
berjumpa dan bertukar cerita
dengan sesama anak rantau.
Jadi ingat, suasana ramainya keluarga
di kampung halaman.
.
Terlihat sisa genangan air hujan,
serempak memantulkan
bayangan cahaya sore
yang beralih ke waktu senja.
.
Kilauannya sangat pas
menemani bincang ria kami
yang sedang menunggu pesanan datang.
Aroma hujan yang khas,
dan berkas cahaya sore
yang menembus gumpalan awan
menciptakan kedamaian.
Ternyata, sesederhana itu.
Kenikmatan yang tak mahal,
sepertinya selalu berhasil
membawa hati lebih berwarna,
memahami diri, dan
teduhnya sebagai penawar
dari dunia yang tengah
membutuhkan canda ria.
by : fatin.nida
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI