"Aku bukan golongan elit dengan uang memenuhi langit,
bukan pula anak pejabat yang gila hormat,
tapi apa tidak berhak Aku kau perlakukan dengan pantas".
Sudah tinggi asaku untuk bertemu dengan keluargaku hari ini. Sehari sebelum keberangkatan aku semangat mencari tiket ke Surabaya. Mengingat waktu libur yang tidak terlalu lama sengaja aku memilih flight pagi. Alhamdulilah aku dapat tiket Sriwijaya Air dengan jadwal keberangkatan pukul 05.30 WIB. Tidak lupa aku melakukan check in online untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dalam perjalanan menuju bandara.
Sesampainya di bandara aku langsung menuju counter check in untuk melapor. Petugas tampak menelpon petugas lainnya untuk melapor bahwa masih ada satu penumpang karena memang sudah last call. Petugas tersebut mengantar saya sampai pintu screening dan meminta saya untuk bergegas karena sudah boarding.
Melewati pintu screening tas saya malah ditahan dan diminta untuk mengeluarkan semua barang. Padahal saya tidak membawa benda logam ataupun benda tajam. Saya sudah agak emosi saya sampaikan bahwa saya harus bergegas.Â
Tetapi petugas screeniing tidak bergeming. Setelah tas discreening ulang, saya berlari ke Gate F7. Saya dengar petugas berteriak "Surabaya Boarding". Saya menyerahkan boarding pass saya, tetapi petugas itu justru menelpon lagi dan saya dengan petugas yang ditelpon bertanya berapa nomor kursinya.Â
Setelah tau nomor kursi saya petugas tersebut mengatakan bahwa saya tidak bisa naik dengan alasan pesawat jauh dan sudah bergerak mundur. Saya mulai merasa janggal karena jam baru menunjukkan pukul 05.23. Petugas tersebut menulis di boarding pass saya show up 05.27 dan menuliskan nomor loket untuk mengurus tiket.
Saya mulai kebingungan, apakah saya dapat naik flight berikutnya atau ganti rugi kok disuruh ke loket lagi. Ternyata jawabannya tidak, tiket hangus sehingga harus beli tiket baru. Sudah tidak enak rona muka saya saat itu.
Saya lalu menanyakan ke satff boarding gate di dekat pintu screening, dimana letak loket tersebut. Bukannya dijawab malah diminta duduk menunggu disitu saja karena petugas yang akan kesini.Â
Sambil menunggu saya ngobrol dengan petugas tersebut. Saya menceritakan kondisinya dan mempertanyakan "kan belum jam keberangkatan pesawat ,saya sudah check in online dan melapor sekitar pukul 5.18 dan kata petugasnya diminita bergegas (artinya masih bisa dong naik pesawat). Beliau menjawab semoga masih bisa naik pesawat.Â
Tetapi sudah lebih dari 15 menit saya menunggu petugas tiket tak kunjung datang. Akhirnya saya diminta ke loket 89 sendiri. Sampai loket ternyata nomor yang ditulis ditiket salah seharusnya bagian tiket itu loket 98 bukan 89 dan petugas menyampikan saya sudah telat sekarang pukul 06.00 tiket sudah hangus.
Saya mungkin hanya segelintir konsumen yang kecewa dengan pelayanan sriwijaya air. Saya yakin banyak yang dirugikan karena pelayanan seperti ini. Bahkan meskipun sering dikecewakan maskapai ini, mereka tidak dapat berbuat apa-apa, karena keterbatasan kemampuan finansial untuk beralih ke maskapai lain yang harganya lebih mahal. Buat orang lain uang 473.000 itu tidak berharga. Tetapi buat orang lain uang 400.000 dihasilkan dari kerja keras.
 Kami beli tiket juga memakai uang hasil kerja keras kami, jadi tolong jangan perlakukan kami dengan semena-mena.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H