Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kyai Setan Kober Babad Sokaraja

31 Januari 2021   18:02 Diperbarui: 31 Januari 2021   18:19 5355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bubar ... bubar .. !"

            Debujuk-bujuk dengan sabar dan halus,  Raden Kaligenteng tetap saja memaki-maki dan mengamuk. Akhirnya kedua pemuda itu pun berkelahi.

 " Apa ko wani karo nyong ? Inilah Raden Kaligenteng putra Adhipati Kertabangsa dari  Purbalingga. Ayo, maju akan kukepruk kepalamu  pecah, modar, kowe !"

            Teman-teman perang tanding antarsaudra pun terjadi. Raden Kuncung ternyata lebih unggul lalu Kaligenteng berkelahi ngawur dengan melempari batu-batu yang ada di lokasi bangunan pasar. Melempar batu sampai pasar yang menjadi tempat pentas jemblung penuh dengan batu. Akhirnya tempat itu diberi nama Watukumpul.

            Tan kocapa, Teman-teman, untuk mengatasi kalapnya Raden Kaligenteng yang  melempari  batu, Raden Kuncung menggunakan  pusaka  alami yang herbal, ya  itu,  sate sindik brambang bawang karo lombok abang. Jan ampuh pisan kuwe sindik  bawang brambang, lombok abang. Kaligenteng mak  pencinat ... kedindapan .. wedi  plecing mlayu .. beralih rupa menjadi ular.

            Teman-teman, akhirnya perang tandhing selesai. Dikarenakan pusaka herbal yang alami sindik brambang bawang lombok abang, Kaligenteng jadi pecundhang colong playu ninggal glanggang malik dadi ula, nyeblung kali. Oleh karena itu, Teman-teman. Orang-orang tua kita jaman dahulu, kerap membuat   sunduk bawang brambang lombok abang njur diselapna neng pager lawang perlune nggo nolak bala.  Sunduk bawang, brambang, lombok abang jadi  pusaka yang bisa menolak mara bahaya.

            Alalala la ... Teman-teman ! Oooooo .... kiranya  cukup sekian dongeng Kyai Setan Kober ini.  Pesannya adalah, jadi orang itu,  aja adigung adiguna alias arogan. Apa lagi orang yang punya pangkat dan kuasa. Nanti kenang welek. Kalau menginginkan  kamukten, kawibawan, jangan percaya memakai jimat atau  piyandel.  Teman-teman, sudah, ya! Maturmbahnuwun, semoga bisa berjumpa lagi  di dongeng yang lain! Kelilaaaaannnn .....

* cerita rakyat ini diambil dari buku kumpulan cerita rakyat Banyumas oleh Saeran Samsidi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun