Prof. Sugeng mung guyon? Kayaknya tidak. Prof. Sugeng selalu serius dan siap membantai siapa pun yang melawan argumentasinya. Apakah tahun depan rengos boyongan ini akan dievaluasi? Entahlah.
Rengos Boyongan  Saka Guru Pendhopo si Panji ini pertama kali digelar pada saat peringatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang ke-445 pada tahun 2016. Boyongan itu hanya membawa tiga replika saka guru dengan mobil antik. Lalu pada tahun 2017 rengos boyongan replika saka guru si Panji ini dilaksanakan dengan berjalan kaki, arak-arakan secara estafet menempuh jarak 16,4 km.
Ketiga replika saka guru Si Panji ini menempuh 16 etape dan akan berakhir di Pendapa Si Panji Purwokerto dimana sudah ada 1 (satu) replika saka guru Si Panji yang ceritanya sudah berada disana. Dalam perjalanannya, ketiga replika Saka Guru Pendapa Si Panji ini digotong bersama-sama oleh masyarakat secara sambatan atau rengos. Â Kesenian masyarakat di masing-masing wilayah juga turut berpartisipasi mengiringi boyongan ini.
Kirab prosesi dibuat agar terlihat greget, klasik dan gayeng, maka  para peraga menggunakan pakaian adat Banyumas.  Konsep sambatannya adalah setiap etape melibatkan semua unsur masyarakat. Satu saka dipikul oleh empat orang secara bergantian dan akan diikuti dibelakangnya kesenian yang dimiliki oleh masyarakat desa setempat secara estafet.
Ooo ... kaya kuwe. Jadi Rengos Boyongan Duplikat Saka Guru Pendhopo si Panji itu di samping untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Banyumas juga untuk memperingati peristiwa "Blabur Banyumas" yang terjadi pada tanggal 21-23 Februari 1861. Jadi, tidak ada hubungannya dengan  tanggal 22 Februari tahun 1571 yang ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Banyumas? Kayane kaya kuwe apa ya?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI