Begitulah terabaikannya teater sebagai salah satu bidang mata pelajaran seni budaya, layaknya anak tiri, tidak seperti saudaranya, seni rupa, tari dan musik dalam penangannya.Â
Namun, ada pengalaman saya ketika menjadi guru bahasa Indonesia. Saya berjuang untuk memasukkan teater ke dalam program intrakurikuler di sekolah tempat saya mengajar.
Dulu, di sekolah tempat saya mengajar, mengajarkan empat bidang mata pelajaran seni budaya. Pada awal tahun, para siswa dibagikan formulir untuk memilih bidang apa mata pelajaran seni budaya yang mau diikuti. Maka pada jadwal mata pelajaran seni budaya, para siswa dipecah untuk masuk ke ruang bidang mata pelajaran seni budaya apa yang dikuti. Seni musik masuk studio, seni tari ke aula, teater ke auditorium dan seni rupa ke ruang-ruang terbuka di sekolah.
Pernah saya mengikuti pelatihan teater di P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kesenian) di Klidon, Kaliurang Yogyakarta. Setelah selesai  mereka para peserta pelatihan diminta untuk memraktikkannya di sekolah masing-masing.Â
Empat bidang kesenian pada akhir tahun pelajaran digelar dalam satu kemasan pentas teater, lalu direkam dan dikirimkan ke P4TK. Bila masuk dalam nominasi penilaian, sekolah diundang untuk tampil pada Festival Seni Budaya yang digelar di sana setiap dua tahunan  dengan fasilitas tranpor, akomodasi, gratis serta hadiah yang wah.
Stop .. stop .. wis .. wis .. kedawan ngguli nglantur.  Kembali ke anak tiri teater.  Banyak pakar pendidikan ataupun tokoh seni yang mengemukakan akan  peran fungsi dan manfaat pengajaran teater  bagi peserta didik.Â
Oleh karena itu para pemangku kepentingan di bidang pendidikan di Banyumas perlu menanting teater ini sejajar dengan saudara sekandungmya  dalam penangannya di sekolah agar tidak lagi menjadi anak tiri.
Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas perlu ngopeni dan nguri-uri Jambore Teater Pelajar Banyumas ini. Jambore ini bisa dijadikan alat seleksi untuk FLS2N tangkai teater/monolog. Para kepala sekolah/waka kurikulum perlu memasukan teater dalam program intrakurikuler. Bila tak ada guru yang bisa mengampu bisa merekrut praktisi teater dari luar, toh sekarang ada GSMS (Gerakan Seniman Masuk Sekolah) Jadikan TBB Gedung Teater Tertutup Soetedja sebagai ajang pelaksanaan Jambore Teater Pelajar Banyumas.
Nggih ... nggih ... mpun rampung. Semoga semua ngayawara saya ini mendapat perhatian pihak-pihak terkait. Maturmbahnuwuuuun ......