Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ode buat Guru: Derita Guru Non-ASN di Sekolah Swasta

13 Februari 2018   15:41 Diperbarui: 13 Februari 2018   16:05 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk cari selamat, ya mengajar saja seadanya. Pagi datang siang pulang, tak perlu open terhadap anak didiknya. Mau nakal ke, mau kurang sopanlah, mau kurang ajarlah, biarkan saja, yang penting mentranfer ilmu, sudah. Perkara karakter, budi pekerti, berkompromilah dengan situasi dan keadaan. Susah dan terjepit menyangkut nasib. Jadi tak perlu menjadi guru seperti pada  novelnya NH. Dhini "Pertemuan Dua Hati"

Kalau berusaha ideal menjadi guru profesional, guru swasta di sekolah swasta, cekak modalnya, tipis nyalinya, karena ini menyangkut dapur ngebul, walau tak seberapa, di antara kerja serabutan yang lain untuk menutupinya, seperti memberii les, ngajar di beberapa sekolah,.jualan di kantin atau  terpaksa ngojek.

Tak punya emosi menghadapi kelakuan murid-muridnya baik di kelas maupun di luar kelas. Sebab ditengah kegeraman menghadapi karakter muridnya, kegalauan menerpa. Tindakan membina dan meluruskan bisa berakibat digruduk orang tua wali murid, digampar, di-PHK dan lebih apes  adalah dilaporkan ke aparat polisi dengan resiko masuk bui.

Demikian, itu kisah yang saya alami jadi guru swasta di sekolah swasta dan dari curhatan teman guru yang mengajar di sekolah swasta juga. Selain kisah sedih guru swasta banyak pula kisah sedih sekolah swasta gurem. Fasilitas sekolah yang memilukan, minimnya jumlah murid dan karakter muridnya yang "aduhai" karena menampung siswa buangan, keadaanya mati tak mau, hidup pun kembang kempis nlangsani.

Jadi bila tragedi Pak Guru Ahmad Budi Cahyono di SMAN 1 Torjun Sampang  nyata terjadi, sangatlah memilukan dunia pendidikan kita. Mengapa? Karena pada umumnya sekolah negeri, apalagi SMAN 1 fasilitasnya sangat memadai, seleksi masuk siswa ketat dan kompetitif. Umumnya yang diterima siswa cerdas, pandai dan orang tuanya berada sehingga memudahkan guru untuk mendidik dan mengajar. Lha, sekolah swasta? Bisa dibayangkan nasib gurunya kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun