Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... Guru - Selamat Datang di Profil Saya

Minat dengan karya tulis seperi Puisi, Cerpen, dan karya fiksi lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ritual Agraris Mengundang Hujan, Boneka Pengundang Hujan (Bagian 1)

25 Januari 2018   18:10 Diperbarui: 25 Januari 2018   18:40 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cowongan dipentaskan di Praha Republik Ceko oleh Grup Cakenjring DKKB (Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas) menjadi duta seni Banyumas pada ajang internasional Mezinarodni Folklorni Festival, 12 -- 18 Juni 2007 di Frydek-Mistex Republik Ceko Eropa Tengah yang diselenggarakan oleh CIOFF / UNESCO (Foto : dokumen pribadi)

Akhirnya Rantasih berhasil mengumpulkan orang-orang dengan menabuh ceneng berulang kali. Rantasih memberikan petunjuk untuk membuat ritual cingcowong dari hasil tirakat dan puasa. Melalui media cingcowong mereka para petani Luragung  meminta hujan kepada Tuhan. Ritual cingcowong pun menjadi tradisi memohon hujan di Desa Luragung bila mengalami kekeringan.

Begitulah, boneka-boneka yang terbuat dari siwur yang didadani sedemikian rupa untuk dijadikan media untuk memohon datangnya hujan kepada Yang Maha Kuasa. Ritual agraris ini pun menjadi tradisi bagi masyarakat agraris bila musim kemarau berkepanjangan yang bisa menyebabkan gagal panen lalu paceklik dan kelaparan.

Kata cowong yang menjadi nama boneka siwur ini terdapat di sebaran budaya di daerah Jawa Tengah sebelah barat, baik di bagian selatan, dari Kebumen sampai Cilacap dan bagian utara perbatasan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Kuningan. Percampuran dua budaya, yaitu budaya penginyongan di Banyumas Raya dan budaya di perbatasan Jawa Tengah dengan  Jawa Barat.

(bersambung)

Diolah dari berbagai sumber :

  • Yusmanto, Wong Banyumas
  • Gesang Widiyono, penelitian di Desa Pekuncen
  • Risa Nopianti Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun