Pada masa pemerintahan kolonial Belanda terdapat jalur yang menghubungkan antara Bandung - Ciwidey, dan bandung- Majalaya. Namun jalur Bandung - Majalaya harus mati terlebih dahulu pada masa pemerintahan Jepang. Tepatnya tahun 1943. Jepang membongkar rel yang ada di jalur Bandung menuju Majalaya tujuannya untuk di pindahkan ke jalur Saketi - Bayah.Â
Berbeda dengan jalur Bandung - Ciwidey cenderung masih terlihat berupa peninggalan rel yang cenderung masih utuh, jembatan, wesel rel ( pemindah jalur ) dan stasiun masih terlihat jelas.Â
Pada saat jalur Dayeuhkolot - Majalaya masih aktif Jenis rel yang di gunakan pada jalur arah Majalaya menggunakan rel ukuran tipe R30 atau tipe yang sedikit agak kecil Berbeda dengan jalur Dayeuhkolot - Ciwidey relnya cenderung sedikit besar, kemungkinan di perkirakan menggunakan tipe rel R40 mungkin dari segi faktor topologi atau lingkungan menuju arah Ciwidey yang berupa pegunungan serta sedikit menanjak sehingga di butuhkan lokomotif yang sedikit agak besar untuk memuat barang dan penumpang, berbeda dengan arah Majalaya yang sedikit agak datar hal itu di pikiran oleh pihak perkeretaapian pada jaman Belanda.Â
Pada saat Jalur Dayeuhkolot - Ciwidey selesai di bangun dan berhasil di operasikan pihak staatspoorwegen ( SS ) ingin membangun jalur pintas menuju Majalaya di bangunlah jalur penghubung antara Dayeuhkolot - Majalaya, mengingat Majalaya merupakan penghasil kain terbesar. Walhasil Staatspoorwegen membangun satu jalur lagi menuju arah Majalaya.Â
Berdasarkan informasi dan keterangan yang saya dapatkan dari berbagai sumber pembangunan jalur menuju Majalaya di taksir menelan biaya yang tidak sedikit lebih tepatnya f1.776.000,00 angka yang cukup fantastis pada masa itu. Berdasarkan dalam verslag yang di buat oleh staatspoorwegen jalur Dayeuhkolot - Majalaya dibuka pada tanggal 3 Maret 1922.Â
Berdasarkan catatan dari era staatspoorwegen terdapat beberapa stasiun pemberhentian dari jalur Dayeuhkolot - Majalaya. Jenis pemberhentian itu berbeda beda ada yang cukup besar yang biasa di sebut stasiun, dan tipe ukuran kecil yang di sebut halte
Nama stasiun dan halte
1) stasiun Dayeuhkolot ( DYK ) KM 11+780
2) halte cilelea ( CLL ) KM 14+639
3) halte Manggahang ( MGH ) KM 15+712
4) halte Jelekong ( JLK ) KM 18+541
5) halte ciheulang ( CHL ) KM 20+274
6) halte paneureusan ( PEU ) KM 21+224
7) stasiun Ciparay ( CRY ) KM 23+641Â
8) halte Cibungur ( CIB ) KM 26+726
9) stasiun Majalaya ( MJA ) KM 29+222
Pembangunan shortcut Segmen Majalaya - Cicalengka
Asal usul pembangunan proyek jalur pintas Majalaya - Cicalengka ini sangat kurang jelas. Meskipun begitu, Iman Subarkah menyatakan dalam bukunya yang berjudul " sekilas 125 tahun kereta api kita "Â
Bahwasanya pembangunan lintas ini, dimaksudkan untuk menghubungkan stasiun Majalaya yang berada di lintas Dayeuhkolot - Majalaya dengan stasiun Cicalengka yang berada di lintas Padalarang - kasugihan.
Dengan begitu, maka daerah Bandung selatan akan terkoneksi dengan daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur melalui kereta api. Bahkan, ketika itu beliaulah yang di beri tugas mengawasi pembangunan jalur shortcut yang berada di lintas Majalaya - Cicalengka.Â
Pada awal tahun 1942, jepang sempat memiliki konsep akan adanya jalur shortcut yang menghubungkan antara Cicalengka dengan Majalaya tanpa harus memutar jauh melalui Bandung dan Dayeuhkolot. Akan tetapi, jepang tidak kunjung merealisasikan rencana tersebut.Â
Hingga pada bulan Juni tahun 1945, jepang mengerahkan ribuan tahanan perangnya yang berasal dari kamp di daerah Cimahi ke Majalaya dengan menggunakan kereta api. Seluruh tahanan terdiri atas anak laki - laki dan pria dewasa yang sebagian besar dari negeri kincir angin. Pengerahan tahanan perang ini tak lain dan tak bukan ditujukan untuk membangun jalur pintas kereta api Cicalengka Majalaya. Pembangunan jalur pintas ini awalnya dimulai dari Majalaya, selang beberapa Minggu kemudian, jepang mengerahkan tahanan lagi di Cicalengka, disana mereka memulai membangun tanggul - tanggul di area persawahan untuk di jadikan railbed.Â
Selama pekerjaan berlangsung, banyak tahanan perang meninggal karena di paksa bekerja keras. Belum lagi cuaca panas dan krisis air bersih semakin memperkeruh keadaan, belum lagi kondisi gizi buruk serta wabah penyakit menjadi alasan pembangunan jalur shortcut ini harus di hentikan, untuk melihat bukti dari pembangunan jalur shortcut sebenarnya masih bisa di lihat namun tidak menutup kemungkinan sangatlah kecil. Karena proses pembangunan jalur shortcut tersebut sudah lama.Â
Pembongkaran jalur Dayeuhkolot - Majalaya
Kembali ke pembahasan sejarah jalur Dayeuhkolot - Majalaya. Ada dua jalur yang di bongkar pada masa penjajahan Jepang, yaitu.
Rancaekek - Tanjungsari ( 1942 )
Dayeuhkolot - Majalaya ( 1943 )
Kedua jalur tersebut di bongkar berbeda satu tahun, sehingga kalau kita menelusuri atau mencari bekas stasiun, memang agak sedikit kesulitan. karena sebagian sudah di hancurkan atau di bongkar atau pula di jadikan tempat tinggal oleh sebagian masyarakat, namun kita masih bisa melihat jalur tersebut melalui google map, disana terlihat deretan rumah masyarakat yang mengisi bekas jalur kereta api memanjang ke arah timur. Sampai arah Majalaya.Â
Yang sangat menarik pada saat saya bertanya kepada masyarakat yang mengisi bekas jalur menuju stasiun Majalaya sempat berkata " dulu sempat terlihat rel namun sedikit". Ungkap Wahyu salah seorang warga yang rumahnya tidak jauh dari bekas rel.Â
Kesimpulan
Kesimpulan dari artikel ini ialah sejarah perkeretaapian segmen jalur Dayeuhkolot - Majalaya memang sedikit sumber yang mengetahui tentang jalur kereta api Dayeuhkolot - Majalaya. Karena pemberhentian pengoperasian jalur ini relatif cukup singkat berbeda dengan jalur Dayeuhkolot - Ciwidey yang relatif cukup lama, dalam beberapa pemberitaan yang menyebutkan jalur tersebut akan di aktifkan kembali ( Reaktivasi ) memang itu agak sedikit sulit mengingat banyaknya jumlah penduduk yang memungkinkan akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit belum lagi ganti rugi serta relokasi bagi masyarakat terdampak, namun ada beberapa sedikit bukti yang menunjukkan bahwa dulu kereta api sempat melintasi kawasan di bandung selatan masih bisa terlihat dengan berupa patok SS ( staatspoorwegen ) nama perusahaan kereta api masa kolonial Belanda, untuk pembahasan nama stasiun dan lokasi serta kondisi stasiun atau halte jalur Dayeuhkolot - Majalaya itu akan saya posting di yang akan datang. Karena takutnya ini terlalu panjang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H