Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Resolusi Terakhir

2 Desember 2024   10:22 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:56 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tia mulai menangis. "Ini bukan lucu lagi, Dod. Ayo keluar!"

Tapi pintu depan rumah itu mendadak tertutup rapat, seolah ada yang menguncinya dari luar. Mereka panik, mencoba membukanya, tapi sia-sia.

Kemudian, sosok tinggi kurus muncul dari bayangan, mengenakan pakaian putih lusuh dengan wajah yang tampak seperti... badut. Sosok itu tertawa terbahak-bahak sambil melompat-lompat di tempat.

"HAHAHAHA! Selamat datang, anak-anak!" suaranya menggema.

Ujang langsung pingsan di tempat, sementara yang lain hanya bisa mematung ketakutan. Sosok itu mendekat, membawa sesuatu di tangannya---sebuah panci besar.

"Kalian mau ketan hitam ini?" tanyanya dengan suara penuh ironi.

"Err... itu buat Bapak," jawab Dodi terbata-bata. "Kami cuma main-main, Pak. Maaf kalau mengganggu."

"Hahahaha! Main-main? Rumah ini bukan tempat bermain!" bentaknya, lalu tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi serius. "Tapi... karena kalian sudah datang, bantu aku bikin resolusi tahun baru."

Broto memberanikan diri bertanya. "Resolusi... apa?"

"Resolusi biar aku nggak kesepian lagi! Mulai sekarang, kalian tinggal di sini selamanya!" teriaknya, lalu tertawa lagi dengan suara yang memekakkan telinga.

Dodi, dengan refleks, menyalakan kembang api yang dibawanya untuk pesta. Ia melemparnya ke arah si hantu. Kembang api itu meledak dengan gemuruh, mengisi ruangan dengan cahaya berwarna-warni. Sosok itu terkejut, lalu mendadak menghilang dalam kepulan asap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun