Mohon tunggu...
Saepullah
Saepullah Mohon Tunggu... Guru - Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Aku adalah manusia pembelajar, berusaha belajar dan juga berbagi info yang baik untuk perbaikan diri selaku manusia. Melihat info yang kubagikan bisa melalui: https://www.ceritasae.blogspot.com https://www.kompasiana.com/saepullahabuzaza https://www.twitter.com/543full https://www.instagram.com/543full https://www.youtube.com/channel/UCQ2kugoiBozYdvxVK5-7m3w menghubungi aku bisa via email: saeitu543@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Resolusi Terakhir

2 Desember 2024   10:22 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ini ide paling bodoh sepanjang tahun," gumamnya.

"Eh, Loe pada tenang aja deh. Kalau ada apa-apa, gua duluan yang lari," ujar Broto sambil terkekeh. Namun, tawanya terhenti ketika pintu di ujung koridor tiba-tiba tertutup sendiri dengan suara keras.

Mereka semua terdiam. Ujang, yang terkenal penakut, langsung memeluk Dodi. "Itu angin, kan?" tanyanya dengan suara gemetar.

"Ya... angin," jawab Dodi, meski nadanya terdengar tidak yakin. Ia melangkah maju dengan kamera menyala, berusaha merekam semuanya.

Saat mereka menjelajahi rumah itu, suasana semakin aneh. Dindingnya penuh coretan seperti tulisan mantra, dan udara di dalam ruangan terasa berat. Tia menemukan cermin pecah di salah satu kamar, dengan tulisan "SELAMAT DATANG" yang terlihat seperti diukir menggunakan kuku.

"Lucu ya, hantunya ramah," ucap Tia sambil mencoba bersikap santai. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara ketukan di balik dinding.

"Dodi, kita pulang aja, deh," desaknya.

"Tunggu dulu," ujar Dodi. "Ini momen emas buat konten. Lo pikir viewers suka liat kita kabur? Nggak, mereka suka drama! Nah, Broto, coba lo ketok balik."

Broto mendekati dinding itu dengan ragu. Ia mengetuk tiga kali. Sejenak tidak ada apa-apa, lalu tiba-tiba ketukan itu dibalas, kali ini lebih keras.

Mereka semua melompat kaget. Bahkan Dodi mulai merasa ide ini bukanlah langkah brilian. Tapi sebelum mereka sempat berpikir lebih jauh, lampu senter Tia mulai berkedip-kedip, dan suara tawa pelan terdengar dari kamar sebelah.

"Siapa itu?" teriak Dodi. Ia mengarahkan kameranya ke pintu kamar, tapi yang terlihat hanya kegelapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun