Udah tahu donk kalau Preman Pensiun versi layar lebar sudah mulai tayang sejak 17 Januari 2019. Film ini merupakan sebuah versi terbaru setelah versi sinetron sudah tidak tayang lagi.Â
Meski saya belum pernah menonton versi sinetron, namun dalam versi layar lebar ini terlihat kelucuan yang membuat gelak tawa hadir saat pemutaran film berlangsung. Akhirnya saya pun mencoba menonton film drama komedi ini pada awal penayangan di Hollywood XXI, Jakarta sepulang kerja.
Preman ini ditinggalkan oleh pemimpinnya yaitu Kang Bahar karena meninggal dunia. Alm. Kang Bahar (Alm. Didi Petet) ditayangkan di sebuah lapanga luas di bawah jembatan. Persembahan ini mulai sudah tampak kelucuan dari kisah film ini.
Scene pun bermula dengan hadirnya Kang Mus sebagai pemimpin pengganti mendiang Alm. Kang Bahar. Alm. Kang Bahar berpesan kepada mereka selaku preman agar tetap menjadi keluarga bukan tentang atasan dan bawahan.Â
Inilah sebuah pesan yang ingin ditampilkan tentang makna keluarga. Kalau sebuah hirarki tentang pimpinan maka yang terjadi adalah adanya anak buah dan mantan anak buah setelah penciun dari profesi preman. Namun, jika yang terjalin adalah sebuah kekeluargaan maka tidak ada istilahnya mantan keluarga.
Scene menarik dari film dengan latar di Kota Bandung ini ditayangkan dari hadirnya kekeluargaan yang tampak. Yang lebih menonjol kekeluargaan yang penuh gelak tawa yaitu antara Kang Murad dan Kang Pipit. Dimana ada kang Murad disitu pasti ada Kang Pipit, begituupun sebaliknya.Â
Namun, di film ini tidak dijelaskan apakah baik Kang Murad maupun Kang Pipit sudah beristri dan beranak atau belum. Tidak berarti sebenarnya kisah istri dan anak antara kang Murad dan Kang Pipit karena scene demi scene mereka berdua selalu penuh gelak tawa.
Namun, nama Pipit ini selalu membuat Kang Mus marah karena namanya membuat bikin geli dan tawa seperti nama seorang wanita. Jika Kang Mus merupakan kepanjangan dari Muslihat. Nah, Pipit merupakan kepanjangan dari Fitrawan Fitra, disingkat menjadi Fifit sebenarnya. Tuh kan mirip nama cewek. Nah, udah mulai mengembang juga nih para pembaca tulisan ini. Hihi.
Saat sudah bertemu maka tidak segan-segan Kang Murad menarik tangan Kang Pipit agar bisa menjalankan tugas utama dari Kang Mus. Kelucuan saat Kang Pipit meninggalkan cewek yang digoda juga semakin membuat gelak tawa membuncah gak berhenti.Â
Dengan gaya yang lugu dan penuh kelucuan yang nanggung tapi cukup membuat perut sakit karena nahan tawa ini menjadi Kang Pipit pembawa makna pesan dari film ini tentang arti sebuah tugas yang harus tertunaikan.
Ohya, saya pun teringat scene yang lebih lucu lagi nih, ketika kang Pipit tiba-tiba menghilang saat melaksanakan sebuah tugas untuk mengawasi anaknya Kang Mus agar pulang tidak terlalu larut. Kang Pipit ternyata menghilang di bawah sebuah menara memandang ke sebuah gedung.Â
Kang Murad yang mengetahui gelagat Kang Pipit segera menemuinya. Ternyata, saat ditanyakan ke Kang Pipit tentang sesuatu yang dilihat oleh Kang Pipit, kang Pipit justru menjawab dengan nada yang membuat gelak tawa tak terhankan untuk keluar sejadi-jadinya.Â
"Saya melihat ada perbedaan antara jam yang ada pada sisi di menara ini dengan sisi lainnya kok beda, begitupun dengan jam yang ada di tangan kita". Yah, seluruh penonton yang menonton pun keluar gelak tawanya. Meski nada agak aneh dan gak nyambung tapi itu menjadi hiburan menghilangkan penat setelah pulang kerja.
Film ini bisa diambil benang merahnya meski scene yang ditayangkan memberikan gambaran berbeda namun tetap mengusung tema kekeluargaan dan persahabatan yang tak mudah ditebak dari plot ceritanya. Dan ada satu lagi kisah kelucuan yang ingin kuungkap nih, kisah dimana terjadinya perkelahian antara mantan geng 9 Naga dengan geng lainnya. Jika ada Murad maka disitulah ada Pipit.Â
"Kita kan satu paket" begitulah ungkapan Pipit yang tayang dari scene film. Benar terasa bermakna arti kekeluargaan. Yaitu harus saling melindungi keluarga yang lainnya karena tidak ada mantan keluarga. Adegan perkelahian dengan bahan candaan pun tayang pada scene Kang Murad dan Kang Pipit.
Cukup segitu aja deh, saya bercerita tentang kelucuan Kang Murad dan Kang Pipit. Untuk selebihnya silakan nonton aja sendiri. Dijamin bukan saja kisah kelucuan Kang Murad dan Kang Pipit, namun kelucuan Kang Mus dengan keluarganya yang pernah menjadi anak buahnya juga penuh kelucuan.Â
Serta kisah antara kang Mus dan keluarga intinya yaitu istrinya (Ceu Esih), Emaknya , serta anak semata wayangnya yaitu Safira. Selama hampir dua jam film tayang kamu pasti akan tertawa hingga perut sakit deh seperti yang saya rasakan. Dan juga menikmati menjaga hubungan kekeluargaan dengan kegigihan berbalut kelucuan dari peran masing-masing tokohnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H