Mohon tunggu...
Saepul Alam
Saepul Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup hanya sekali, Jangan menua tanpa karya dan Inspirasi !!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Asas Resiprositas dalam Kepemimpinan Prophetik di Era Disrupsi

3 Februari 2024   13:16 Diperbarui: 3 Februari 2024   13:20 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan teknologi yang cepat memiliki dua sisi, di mana satu sisi membawa manfaat tetapi juga potensi bahaya. Analoginya mirip dengan sebilah pisau yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, namun sekaligus dapat menjadi senjata berbahaya. Kecepatan perubahan teknologi menciptakan kejutan budaya yang dapat membuat manusia merasa bingung.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa manfaat era disrupsi teknologi ini sangat luas dengan tujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. Meskipun manfaatnya besar dan manusia semakin bergantung pada teknologi, perlu diakui bahwa ada risiko bahaya dalam dunia digital yang harus diakui dan ditangani dengan hati-hati.

  • Informasi dan pengetahuan yang dimiliki saat ini tidak tersaring lagi sehingga maraknya berita yang tidak sesuai, palsu (hoaks), pornografi dan kekerasan di mana semuanya itu sudah tidak ada yang bisa menyaringnya dengan cara bagaimanapun.
  • Muncul akulturasi terhadap budaya di kalangan generasi milenial yang dibuktikan dengan berbagai bahasa dan istilah-istilah yang baru seperti: selfie, panjat sosial (social climber), pamer diri (eksibisionisme) dan banyak lagi istilah lainnya. Hal semacam inilah yang menjadi penyekat antara generasi muda dengan generasi tua dalam ihwal berkomunikasi.
  • Terdapatnya budaya saling menghujat. Zaman sekarang siapapun dapat melakukan dosa dan kebaikan hanya dengan menggunakan jari. Yang menjadi hal yang paling memalukan adalah sekarang seseorang tidak lagi merasa memiliki etika dalam berkomentar terhadap orang lain, entah terhadap pribadi orang lain maupun karyanya. Budaya saling menghujat dan mencela sudah menjerat netizen di zaman ini, fanatik terhadap pendapat dan panutannya, menyebabkan kisruh dan perang hujatan terjadi dalam kolom komentar sosial media.

Terlalu amat banyak apabila saya kemukakan dampak negatif dari dunia digital yang terdapat dalam era disrupsi ini. Hal hal tersebut adalah sebuah penyakit baru di era disruptip ini dan memerlukan obat dan terapi akan penyembuhannya sangat kompleks serta memerlukan dukungan semua pihak untuk penyembuhannya. Disinilah peran Kepemimpinan harus ditimbulkan, untuk menunjang upaya pemberantasan tantangan budaya dan dasmpak negatif dalam perkembangan zaman ini.

Kepemimpinan prophetik sebagai jawaban problematika di era disrupsi teknologi

Istilah kepemimpinan prophetik merujuk pada sifat kerasulan atau kenabian. Kepemimpinan profetik dapat diartikan melalui dua definisi yang mencakup beberapa terminologi. Pertama, dimensi kepemimpinan profetik sejalan dengan kepemimpinan umumnya, diidentifikasi dengan kemampuan memotivasi dan memimpin anggota untuk mencapai tujuan bersama. Kedua, dimensi profetik menjadi krusial karena kepemimpinan harus didasarkan pada sifat dan karakter seorang rasul atau nabi, setidaknya sejalan dengan upaya mewujudkan visi dan misi kenabian.

Ada empat komponen dalam sifat kepemimpinan Prophetik, seperti yang dijelaskan oleh Umiarso (2018:45). Pertama adalah sifat Shidiq, yang mengacu pada kejujuran. Komponen ini menekankan konsep dasar kepemimpinan prophetik yang mencakup nilai-nilai kebenaran, sebagaimana terdapat dalam Q.S Maryam ayat 50:

"Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia."

Komponen kedua adalah Amanah, yang menyoroti tanggung jawab yang harus dipikul oleh seorang pemimpin. Kepemimpinan Prophetik menekankan pentingnya amanah yang harus diemban oleh pemimpin agar bisa dirasakan oleh yang dipimpin. Hal ini ditegaskan dalam Q.S As syu'ara ayat 106-107:

"Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu."

Komponen ketiga adalah Tabligh. Kepemimpinan profetik menekankan komunikasi yang baik. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan yang dipimpinnya. Allah menegaskan hal ini dalam Q.S Al Maidah ayat 57:

"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun