Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Etika Disoroti dalam Debat Cawapres, Pilih Pemimpin Karena Rasa Kasihan?

24 Januari 2024   01:03 Diperbarui: 24 Januari 2024   01:08 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Instagram @cakiminow

Persoalan etika menjadi tema yang mendominasi perjalanan debat Capres dan Cawapres 2024. Saat ini soal etika memuncak pada debat Cawapres kedua yang baru saja dilaksanakan oleh KPU, 21 Januari 2024.

Masalah etika sesungguhnya sudah dimulai sejak debat Capres sesi pertama, kala perdebatan antara Anies Baswedan dan Prabowo Subianto memanas.

Tidak tanggung-tanggung, soal etika kemudian dibawa ke ruang-ruang publik, menjadi tema percakapan yang tidak habis-habisnya.

Lalu pada Debat Capres kedua, atau debat sesi ketiga, di mana Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo seolah kompak menghajar Prabowo Subianto.

Sepertinya di sinilah mulainya persoalan etika dibahas secara serius. Anies paling disoroti netizen karena sikapnya yang terlampau agresif menyerang Prabowo.

Persoalan etika pun coba dibalikkan ke Anies Baswedan sebagai orang pertama yang menyinggung soal etika, persisnya pelanggaran etika dalam putusan MK.

Anies disebut tidak beretika menyerang Prabowo, ditambah lagi, Anies dipandang sebagai orang yang tidak tahu berterimakasih sudah pernah dimodali dan dimenangkan secara ikhlas oleh Prabowo pada Pilgub DKI Jakarta.

Pasca debat Cawapres kedua, atau debat sesi keempat, soal etika menjadi semakin ramai. Gibran dipandang sangat tidak beretika melakukan serangan personal kepada kedua lawannya.

Pendukung Gibran kemudian membalikkan soal etika kepada kubu pasangan calon Capres dan Cawapres Anies-Muhaimin, bahwa Gibran memberi pelajaran bagaimana rasanya diserang saat debat.

Sepertinya yang dimaksud adalah sakitnya perasaan Prabowo Subianto saat diserang oleh Anies dan Ganjar pada debat Capres kedua.

Suasana ini sesungguhnya terasa, bahwa seolah-olah soal etika diangkat karena adanya rasa kasihan terhadap seorang Capres atau Cawapres yang diserang dalam debat.

Anies dan Ganjar misalnya dihujat karena menyerang Prabowo secara berlebihan, dinilai menyerang personal, lalu dijadikan wacana standar kepantasan seorang pemimpin.

Penggiringan opini seperti ini sesungguhnya berbahaya, karena perhatian publik akan dialihkan dari penilaian terhadap kapasitas seorang pemimpin menjadi rasa kasihan terhadap seorang pemimpin.

Opini publik berupaya diarahkan agar melihat Capres yang sedang diserang itu tertindas dan Karenanya dia layak untuk dipilih. 

Ini semacam logika sinetron, tokoh protagonis selalu berada di posisi yang ditindas, sementara yang menyerang diposisikan sebagai penjahat.

Padahal konteks debat Capres dan Cawapres bukan seperti itu. Debat diselenggarakan bukan untuk mencari rasa kasihan penonton. Tetapi harus menunjukkan keunggulan gagasan kepemimpinan.

Hal ini yang tidak dipahami dengan baik oleh para penonton yang muda baper karena menonton debat Capres dan Cawapres. Mereka kira posisi Capres dan Cawapres itu seperti tokoh protagonis versus antagonis dalam sinetron.

Justru harusnya publik pandai menilai, bahwa ketidakmampuan seorang calon pemimpin mempertahankan argumentasinya menandakan bahwa visi kepemimpinannya sesungguhnya keropos.

Maka seharusnya ada edukasi politik, bahwa memilih pemimpin bukan karena rasa kasihan, tetapi lihatlah gagasannya, cara berpikirnya, cara dia bertarung gagasan, mempertahankan cara pandangnya yang rasional, dan lain sebagainya.

Kalau pilihan kita harus berdasarkan belas kasihan, kualitas pemimpin kita akan menurun, dia akan membaca kebutuhan publik dan akan mulai menyusun strategi akting dari waktu ke waktu sampai waktu pencoblosan tiba.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun