Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Cak Imin dan Slepet di Luar Dugaan

23 Januari 2024   04:51 Diperbarui: 23 Januari 2024   06:09 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Instagram @cakiminow

Cak Imin tampil memberi kejutan pada debat Cawapres kedua yang diselenggarakan oleh KPU, 21 Januari 2024, dirinya berapi-api dan lebih agresif di luar dugaan.

Tidak sedikit orang dibuat kaget, disangkanya orang yang memiliki nama lengkap Abdul Muhaimin Iskandar ini akan memberikan performa yang kurang memuaskan, kurang lebih sama seperti penampilannya pada debat Cawapres yang pertama.

Tak disangka, Cawapres yang punya panggilan Cha Im-In di kalangan anak muda pencinta K-Pop ini tampil dengan slepet-slepet tak terduga, dia bukan hanya menampilkan pidato yang menggelegar, tetapi juga langsung membalas gempuran yang ditujukan kepadanya.

Pada debat Cawapres itu, entah mengapa Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka begitu bernafsu menyerang Cak Imin. Serangan itu sesungguhnya bersifat personal, karena yang diserang bukan gagasan melainkan cara seseorang mempersiapkan bahan debat.

"Enak banget ya Gus ya jawabnya sambil baca catatan tadi," kata Gibran menanggapi jawaban Cak Imin terhadap pertanyaan moderator.

Tetapi Cak Imin tidak memprotes dirinya diserang secara personal. Terhadap serangan itu tidak ada klarifikasi atau teguran dari pihak istana yang mengingatkan jangan menyerang person saat debat.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Presiden Jokowi mengkritisi Debat Capres Ketiga kala Anies dan Ganjar menyerang Prabowo Subianto, yang dinilai personal.

Tanpa harus menunggu pembelaan istana, Cak Imin langsung melontarkan Slepet tak terduga, keras sekali.

"Saya catat sedikit, yang penting ini bukan catatan Mahkamah Konstitusi," kata Cak Imin membalas serangan Gibran.

Lebih besar dari soal membalas serangan-serangan Gibran, Cak Imin melakukan Slepet tak terduga terhadap visi pembangunan pemerintah yang ugal-ugalan tanpa mempedulikan rakyat.

Tambang-tambang baik legal maupun ilegal tidak mampu dibereskan oleh pemerintah. Kekayaan alam mengalir ke luar tetapi pendapatan negara hanya sedikit dari tambang-tambang itu.

Mengerikan! Gus Imin mengingatkan ancaman kiamat, yang maksudnya adalah bencana ekologis karena kebijakan yang ugal-ugalan tadi. Sayangnya ditanggapi Gibran sebagai upaya menakut-nakuti rakyat.

Cak Imin juga menghantamkan slepetnya terhadap food estate yang gagal. Anggaran negara dikucurkan secara besar-besaran untuk membiayai program ambisius tetapi tidak membuahkan hasil.

Slepet Cak Imin juga mengarah kepada orang tertentu di pemerintahan yang diberi penguasaan lahan sampai 500 ribu hektare, sementara petani gurem meningkat signifikan di 10 tahun terakhir.

"Ini artinya 16 juta rumah tangga petani hanya memiliki tanah setengah hektar sementara ada seseorang memiliki tanah 500 ribu hektare sebagai kekuasaan negara yang diberikan kepadanya," tegas Cak Imin.

Andaikata food estate dan penguasaan lahan yang sangat besar itu dialihkan ke para petani dalam bentuk investasi lahan dan pupuk, tentu akan lebih banyak mendatangkan manfaat bagi rakyat.

Sayangnya Cak Imin tidak menyeret tema ini ke isu bansos. Pemerintah membangun mental menunggu bansos ketimbang membangun jiwa bekerja dengan adanya investasi ke petani dan nelayan.

Alangkah bagusnya jika bansos yang entah beberapa kali disalurkan itu separuhnya diinvestasikan ke petani seperti pembiayaan pupuk, penambahan lahan, atau pemberian alat-alat pertanian. Hasilnya, petani menjual hasil pertaniannya ke pemerintah dengan harga layak.

Terlepas dari itu semua, Cak Imin menampilkan performa terbaiknya pada debat Cawapres malam itu. Bukan soal penampilan semata, tetapi isi gagasan yang dilontarkan menyelepet kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat secara tak terduga.

Cak Imin berhasil tampil sebagai seorang aktivis mantan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang nalar pergerakannya masih menyala ketika ketidakadilan dipraktikkan di muka bumi.

Juga Cak Imin berhasil memposisikan sebagai seseorang yang memberi perlawanan terhadap kebijakan yang merugikan rakyat dan bangsa.

Seperti kata Pram (Pramoedya Ananta Toer), "Dengan melawan, kita takkan sepenuhnya kalah."***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun