Para peserta debat, yaitu ketiga Capres itu sendiri sebagai orang yang lebih memahami apa itu debat, mestinya memahamkan kepada para pendukungnya, ini tradisi intelektual, bukan tradisi adu jotos.
Juga terlalu naif jika agresivitas Capres dalam menyerang dikatakan sebagai serangan yang sifatnya personal. Seharusnya apa yang disebut sebagai 'serangan personal' harus didefinisikan kembali.
Serangan personal harusnya diberi batasan, misalnya jika menyerang ciri fisik, status sosial, gender misalnya, SARA, atau menghina dari segi apapun.
Tetapi selama hal itu berkaitan dengan program, visi misi, pengambilan keputusan, sikap, keberpihakan, argumentasi, tanggapan, dan lain sebagainya, hal itu wajar-wajar saja, tidak perlu dilaporkan ke Bawaslu atau harus mendapatkan ancaman penembakan.
Dalam debat capres ketiga malam itu, bukan hanya Prabowo yang mendapatkan serangan, bahkan ketiga Capres saling serang. Itu wajar saja. Semuanya mendapatkan kesempatan yang sama.
Upaya pelaporan dan pengancaman karena tradisi debat, apalagi secara resmi diselenggarakan lembaga negara sekelas KPU, ini sungguh lucu untuk ukuran zaman kini. Orang-orang itu seakan tidak memahami tradisi intelektual, salah satunya adalah debat.
Tetapi namanya juga negara demokrasi, orang bebas mengungkapkan pendapat, termasuk juga bagi para pelapor Capres karena argumentasi debat, bebas melakukan tindakan pelaporannya. Meskipun sikap itu menandakan ketidaksiapan menerima kekalahan argumentasi dari Capres junjungannya.
Yang tidak wajar adalah pengancaman bakal tembak Capres tertentu. Itu sikap yang melanggar hukum. Sudah sepantasnya yang bersangkutan menjalani prosesnya.
Lalu apa jadinya jika pelaporan Capres Karena debat diterima? Logika akan memandang bahwa sikap agresif dalam debat walaupun masih dalam koridor, akan dipandang sebagai suatu pelanggaran, sekalipun itu sifatnya pelanggaran etika dan bukan pidana.
Kalau begitu, maka debat Capres adalah ide konyol, KPU adalah pihak yang mestinya dipersalahkan jika debat hanya menghasilkan pelaporan demi pelaporan, dengan alasan kata-kata tidak pantas dari sang Capres.
Sesungguhnya jika ditelisik lebih jauh, fenomena pelaporan dan ancaman tembak Capres berawal dari masalah tafsir terhadap argumentasi debat. Penonton sudah dikuasai oleh suasana fanatisme buta sebelum dimulainya debat.