Tetapi Mas Anies betul jika yang akan diubah adalah keadaan rakyat yang ketakutan kalau-kalau keceplosan di kemudian hari. Olehnya harus berlindung di balik kata wakanda dan konoha.
Orang-orang terpaksa harus menyebut negeri Wakanda dan negeri Konoha untuk tidak menyebut Indonesia dalam mengajukan kritik. Karena jangan sampai pemimpin Indonesia tersinggung dan pengkritik dijerat pakai Undangan-undang ITE.
Ketua BEM UI, mahasiswa lainnya, harus mendapatkan intimidasi saat mengkritik.
Untungnya orang seperti Rocky Gerung pintar menghindar dari delik. Gara-gara mengkritik, dirinya dilaporkan ke Bareskrim berkali-kali hingga diktat laporan menumpuk.Â
Laporan dari PDIP konon telah dicabut karena Jokowi tidak lagi di pihak mereka. Bukan karena menyadari secara intelektual bahwa laporan tersebut keliru.
Anies juga betul jika yang ingin diubah adalah arogansi kekuasaan yang tidak mau mendengar suara rakyat. Omnibus Law Cipta Kerja disahkan dengan tutup telinga. Proyek di Rempang tetap dilanjutkan meskipun rakyat menolak, dan lain sebagainya.
Juga anda betul Mas Anies! Jika mental kekuasaan yang cenderung berupaya menjegal lawan politiknya diubah. Contohnya Mas Anies sendiri yang merasakan upaya pembatalan mendaftarkan diri sebagai Capres.
Mas Anies berupaya diusut soal Formula E, KPK digunakan untuk mengkasuskan Anies walaupun bukti-bukti sama sekali tak mendukung. Sampai pada drama penggantian rumput JIS yang melibatkan menteri.
Paling penting mengubah mental kekuasaan yang menaruh kolega pada jabatan-jabatan strategis. Mulai anak, menantu, ipar, besan, hingga paman.
Untuk yang terakhir ini, sebagian orang bahkan ikut-ikutan memuliakan seseorang karena dia anaknya pemegang kekuasaan, bukan karena dia anak yang punya pikiran dan karakter orisinal.
Demikianlah, Mas Anies harus punya alasan yang kuat untuk mengusung tema perubahan. Karena kalau tidak, perubahan hanya sebatas slogan.