Sedangkan Anies-Muhaimin benar-benar antitesa Jokowi, antitesa dari praktik politik dinasti, antitesa dari kebijakan yang berpihak kepada Oligarki dan investor asing, pihak yang berani terang-terangan mengkritik program Jokowi tanpa takut kehilangan suara.
Di situlah seharusnya Denny Indrayana berdiri, memperkuat lawan ideologis dan menghantam lawan sekeras-kerasnya, sekalipun karir jadi caleg harus jadi korbannya.
Tetapi dengan keputusan tetap berada di partai pendukung pencawapresan Gibran Rakabuming Raka, yang sering dikritiknya sendiri sebagai hasil cawe-cawe Jokowi, maka patutlah kiranya jika Denny Indrayana dicurigai.
Jangan-jangan Denny Indrayana berpura-pura menjadi pengkritik Jokowi, berpura-pura melawan politik dinasti, cawe-cawe, serta istilah lainnya yang sering dipublikasikan lewat akun Instagramnya.
Buktinya? Dia menjadi caleg dari partai pengusung anak Presiden, yang dilawannya sebagai tokoh politik dinasti.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H