Anies Baswedan, namanya mencuat sebagai tokoh politik sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta, ditambah lagi ketika dicalonkan oleh Partai Nasdem sebagai calon Presiden RI ke-8. Meskipun namanya tidak pernah tercatat menjadi anggota parpol manapun.
Anies itu memang seorang pemimpin, jika dilihat dari sederet penghargaan yang telah diraihnya. Beberapa kali ia mendapatkan kategori pemimpin atau leader terbaik, meskipun di antaranya juga terdapat penghargaan untuk kategori tokoh terbaik, intelektual, dan pendidik.
Selain dikenal sebagai sosok pemimpin, Anies juga adalah seorang intelektual pemikir, khususnya di bidang pendidikan. Pendidikan bagi Anies merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan jiwa kepemimpinan bagi masyarakat.
Anies tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Ayahnya, Rasyid Baswedan, adalah seorang tokoh pendidik, dalam hal ini mantan wakil rektor Universitas Islam Indonesia. Ibunya, Aliyah Rasyid, adalah guru besar di Universitas Yogyakarta. Istrinya, Fery Farhati Ganis, juga adalah seorang pendidik khususnya di bidang parenting.Â
Terpenting, gagasannya tentang pendidikan. Memisahkan Anies dari dunia pendidikan sesulit Anies sendiri memisahkan pendidikan dari kepemimpinan.Â
Jika Rocky Gerung berkata bahwa "pikiran tidak disebut pikiran jika tidak dipertengkarkan", maka yang ada pada Anies Baswedan: pemikiran bukanlah sebuah pemikiran jika tak direalisasikan. Maka inilah sejumlah pemikiran pendidikan Anies Baswedan yang sudah ia wujudkan baik sebelum maupun ketika menjabat sebagai menteri pendidikan:
1. Sentuhan Pendidikan untuk Daerah TerpencilÂ
Soal pendidikan, daerah terpencil kerap mengalami pelbagai kesulitan. Salah satunya yang terpenting adalah tenaga pengajar. Menyadari kondisi ini, Anies mendirikan Gerakan Indonesia Mengajar.
Gerakan ini dibentuk dengan cara merekrut anak-anak muda yang concern atau memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan, berkomitmen mengajar di daerah-daerah terpencil tempat mereka ditugaskan.
Tugas para pengajar muda itu selain menjadi pengajar atau guru di tempatnya ditugaskan, juga menyerap aspirasi di kalangan masyarakat terpencil. Maka terjadi sikap saling memahami kebutuhan antara partisipan Gerakan Indonesia Mengajar dengan masyarakat setempat. Dari sini dapat dilakukan asesmen terhadap kebutuhan pengembangan pendidikan di masa mendatang.