Kalau paradigma ini diterima (yaitu gadget adalah bagian dari kehidupan manusia kini), maka pola asuh atau proses pendidikan dilakukan orang tua harus lebih meningkat dari biasanya. Maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Memelihara kedekatan anak dengan orang tua
Andy F. Noya di satu waktu dalam acaranya "Kick Andy" pernah mengungkapkan pengalamannya dalam memperbaiki mental anak, utamanya soal percaya diri dan juga penyebab kedekatan anak dengan orang tua, yakni melalui pelukan. Pelukan orang tua ke anak (Andy mengkhususkan anak laki-laki, tetapi sesungguhnya setiap anak berhak dipeluk oleh orang tuanya), dapat membuat anak percaya diri dan akhirnya dengan mudah mengejar prestasinya.
Membangun kedekatan bukan berarti memanjakan anak. Membangun kedekatan itu tidak lain memberi kesadaran bahwa antara anak dengan orang tua adalah dua subjek yang masing-masing punya pikiran dan perasaan. Saling berkomunikasi dengan jujur tanpa ada yang ditutup-tutupi. Saling terbuka dan mengungkapkan kebutuhan satu sama lain.
Tidak seperti kebanyakan orang tua yang menganggap dirinya adalah subjek sumber kebenaran, dan anak adalah objek tempat orang tua mewujudkan keinginannya. Pada taraf ini, anak dikehendaki layaknya robot yang bergerak sesuai program yang sudah disetel di otaknya.
2. Membiasakan saling terbuka soal apapun, termasuk penggunaan gadgetÂ
Jika kedekatan itu sudah terbangun, di mana komunikasi antara anak dan orang tua berjalan secara terbuka, hal itu menjadi modal kepercayaan orang tua terhadap anak yang mereka berikan gadget.
Anak harus dibiasakan memberitahu apa-apa saja yang mereka mainkan di gadget mereka, mengajari mereka bertanggung jawab dengan meminta menceritakan apa saja yang mereka perbuat dengan gadget itu. Sembari menunjukkan apa-apa saja yang mesti mereka hindari atau skip jika lewat di beranda media sosial mereka.Â
Namun kejujuran mengenai penggunaan gadget ini hanya akan terwujud hanya jika kedekatan itu sudah terbangun, dan dalam suasana komunikasi yang menyenangkan. Tidak dalam suasana marah-marah, atau ancaman kepada anak jika mereka mangkir dari kejujurannya.
3. Membuat kesepakatan dengan anak mengenai waktu-waktu penggunaan gadget
Melibatkan anak dalam suatu perjanjian kesepakatan bukan hanya demi mengajarkan mereka untuk berkomitmen, tetapi dengan perjanjian itu anak bisa merasa bahwa diri mereka dianggap berhak membuat keputusan.Â