Ini berarti bahwa ilmiah dan tidaknya sesuatu--termasuk dalam hal kesehatan--bukan merupakan tolok ukur  kebutuhan masyarakat. Yang masyarakat butuhkan adalah harapan mereka tercapai--yakni kesembuhan, meski secara ilmiah kebenaran metodenya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Hal ini juga seakan menepis anggapan bahwa sains adalah satu-satunya yang menjawab problem masyarakat di masa kini, sebagaimana wacana yang terbangun dalam "polemik sains" antara A.S. Laksana, Goenawan Mohamad, hingga Hamid Basyaib di awal tahun 2020 itu.
Nyatanya, jangankan filsafat dan agama--yang diklaim tidak lebih efektif ketimbang sains, bahkan yang mistis dan yang irasional sekalipun, terkadang lebih dibutuhkan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H