Hari-hari berikutnya "Toko Buku" mengumumkan membuka cabang, tetapi bukan untuk jualan buku, melainkan jualan aneka plastik: barang-barang yang dibutuhkan oleh para pedagang kuliner jajanan yang kini lagi menjamur di kota ini.
Peningkatan usaha "Toko Buku" bukannya saya bersama istri menyambutnya dengan gembira, malah makin bersedih hati. Artinya, "Toko Buku" bakal mempertahankan usahanya bukan terutama dengan buku-buku, tetapi dengan usaha lain.
Sementara buku-buku makin terpojok ke pinggiran. Mahasiswa-mahasiswa, dosen-dosen, aktivis-aktivis yang nongkrong di kedai tak jauh dari "Toko Buku" juga tak lagi memegang buku, yang kalau habis mereka baca bisa mereka beli lagi di "Toko Buku". Supaya "Toko Buku" bacaan tak berubah menjadi "Toko Buku" tulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H