Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Toko Buku yang Menjelang Mati

3 April 2023   11:20 Diperbarui: 3 April 2023   11:22 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: okezone.com

Lagi, saya datang berkunjung tapi setelah waktu yang agak lama, ruangan dibagi dua: dua pertiga untuk buku-buku, sepertiga untuk gamis dan herbal-herbal.

Mungkin memang karena tema "Toko Buku" dominan bacaan Islami, meski bacaan kiri tak sedikit, makanya perlu juga menyediakan dagangan-dagangan khas muslim semacam gamis, tasbih-tasbih kayu, kurma, madu, dan herbal lainnya.

Tetapi saya mulai khawatir ketika kunjungan berikutnya, ruangan "Toko Buku" sudah dibagi tiga: sepertiga untuk gamis dan herbal-herbal, sepertiga untuk buku-buku, dan sepertiga untuk ATK. Kunjungan kali ini saya menyertakan istri, yang seringkali firasatnya lebih tajam dan banyak terbukti.

"Buku semakin ke pinggir," protes istri saya berbisik, "lagipula koleksinya tidak bertambah. Pertanda toko ini akan beralih dari toko buku bacaan menjadi toko buku-buku tulis."

Saya datang lagi di waktu-waktu berikutnya, dan kali itu firasat saya lebih tajam. Memang ada beberapa bacaan lama yang pudar tak terjamah, sedang koleksi baru untuk jenis buku yang sama tak bertambah. Adanya, porsi buku agama menjadi sangat dominan, sedang buku-buku filsafat dan pergerakan semakin menipis, serta novel-novel yang kelihatannya tak terjamah.

"Toko Buku" kali ini lebih bernuansa orang-orang tua pensiunan yang mulai bertobat--dengan mulai memperdalam agama--ketimbang nuansa mahasiswa yang bergulat dengan pikiran-pikiran. Rasa mahasiswa dalam "Toko Buku" mulai hilang.

Akhirnya, saya menyelamatkan "Hadji Murad" gubahan Leo Tolstoy dengan harga yang agak murah, sebelum novel-novel Rusia benar-benar habis.

/5/

Padahal itu toko buku milik seseorang yang tak lain juga cari makan seperti kebanyakan orang pada umumnya. Tetapi saya bersama istri tak henti-hentinya membicarakan "Toko Buku". Padahal tak perlu galau, masih ada dua toko buku besar di tengah-tengah kota ini, lagipula letaknya berdekatan dan saling mengisi: buku apa yang tak ada di toko A, ada di toko B, pun sebaliknya. Belum lagi ada beberapa toko buku-toko buku yang berumur tua di beberapa persimpangan kota.

Tetapi memang kegalauan saya bersama istri justru berasal dari prinsip pemilik "Toko Buku" yang kami yakini, ia sudah cukup berjuang mati-matian menyelamatkan buku. Bencana alam telah mengujinya terhadap komitmennya akan berjualan buku. Ia lolos dari ujian itu, ia sanggup mendatangkan lebih banyak buku dari yang pernah ia punyai, dan bisa punya tempat lebih bagus.

Namun, ternyata ia tak lolos ujian dari bencana berikutnya, yakni malapetaka mahasiswa yang mulai meninggalkan buku. Berupaya keras ia memutar otak untuk menemukan strategi berjualan buku lebih lama, mengubah dan menambah koleksi bacaan ternyata tidak ampuh untuk menarik mahasiswa-mahasiswa dan golongan terpelajar lain itu agar kembali belanja buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun