/3/
Hanya butuh satu semester pasca menumpang di Perumahan BTN sebelah barat kota ini, "Toko Buku" sudah bisa menyewa satu rumah kecil. Bukan toko atau kios. Itu benar-benar rumah, dengan daun pintu ganda, kaca jendelanya lebar-lebar dan bening. Ruang tamunya memakan hampir dua pertiga badan rumah, bisa ditempati beberapa lemari buku.
"Toko Buku" kini berada di sebuah jalan kecil, letaknya berdekatan dengan lingkungan yang di sana masyarakat tak mungkin membaca buku, yaitu di kompleks pasar. Lagipula, posisinya agak masuk ke dalam dari tepi jalan. Dari kejauhan saat mulai melintas di jalan itu, pasti "Toko Buku" tak kelihatan. Lagi-lagi, ia mengandalkan postingan media sosial. Untungnya ia bersebelahan dengan sebuah butik terkenal, yang bisa menjadi penanda di medsos kalau "Toko Buku" berada tepat di samping butik itu, hanya agak menjorok ke dalam.
Koleksi "Toko Buku" di tempat yang baru agak lebih mending ketimbang di rumah BTN. Ia menambah buku-buku Islami, dan beraneka ragam mushaf Alquran berwarna-warni. Namun, penjualan masih lesu, jauh dari pusat-pusat kegiatan mahasiswa. Ia juga mulai memikirkan untuk menambah koleksi novel, kendati bertaruh pinjam dan buang modal.
Koleksi terbaru ternyata tak membuahkan hasil yang memadai. Pemilik "Toko Buku" memutar otak berpikir keras-keras.
"Harus cari tempat baru, yang lebih terjangkau." Celetuknya tiba-tiba ketika saya datang suatu kali membeli terjemahan kitab Tahafut at-Tahafut karya Ibnu Rusyd.
/4/
Ternyata tidak main-main, pemilik "Toko Buku" benar-benar buang modal agar mendapatkan lokasi yang strategis untuk buku-bukunya. Senang sekali mendengarnya ketika ia membuat pengumuman di medsos bahwa "Toko Buku" kini sudah berada di dekat alun-alun barat kota ini. Letaknya tak jauh dari kampus. Juga tak jauh dari kedai-kedai di mana mahasiswa sering nongkrong di sore hingga malam harinya.
Dalam satu kunjungan saya menyaksikan "Toko Buku" yang sekarang lebih luas, lebih bersih, lebih memukau dengan lantai keramik putih senada dengan warna temboknya. Suasana ketenangan dalam toko itu nyaris menghipnotis saya untuk lebih lama memanjakan mata dengan buku-buku.
Kali ini buku-buku terbitan ICC (Islamic Cultural Centre) juga tersedia. Pikir saya, sepertinya di tempat yang baru ini lebih banyak peminat, sehingga lebih banyak buku-buku tersedia ketimbang mushaf Alquran.
Kunjungan kali berikutnya, buku semakin bertambah. Tetapi judul-judul yang kemarin seperti belum tersentuh.