Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Setan yang Tak Sepenuhnya Dapat Dibelenggu di Bulan Ramadhan

30 Maret 2023   12:30 Diperbarui: 30 Maret 2023   12:45 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: images.pexels.com

"Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu langit dibuka sedangkan pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu." (H.R. Bukhari)

Hadis itu termasuk hadis yang kuat antara lain diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Selain keduanya, hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam Ahmad, Ad-Darimi, dan An-Nasa'i, yang semuanya mengarah kepada Abu Hurairah.

Hadis itu dipertanyakan lantaran memuat keterangan setan-setan dibelenggu pada bulan ramadhan, tetapi kenyataannya masih banyak orang yang bemaksiat, termasuk di antaranya banyak yang tidak bepuasa. Apakah berarti hadis ini tidak benar?

Imam Nawawi dalam kitabnya Syarah Sahih Muslim, dengan mengutip Al-Qadhi Abu Ya'la bahwa setan dibelenggu itu tidak hanya bermakna hakiki, sebagaimana dibelenggunya tangan seseorang sehingga tidak dapat melakukan sesuatu.

Dibelenggunya setan dalam penjelasan ini juga punya makna kiasan (majazi), seakan-akan setan itu terbelenggu, tidak leluasa, sebab umat Islam disibukkan dengan mengerjakan ibadah. Lain halnya di bulan-bulan lain, setan leluasa menggoda sebab manusia tidak sedang menjaga dirinya dengan amalan-amalannya secara ketat.

Jika kita mau melangkah lebih jauh, maka pertanyaan seharusnya tidak hanya berhenti pada "benarkah setan dibelenggu?" tetapi juga bertanya "apa itu setan?"

Di dalam KBBI, setan diartikan sebagai roh jahat yang kerjanya menjerumuskan, menggoda manusia untuk melakukan perbuatan buruk. Setan juga kerap bermakna sifat seseorang yang berperangai jahat.

Sedangkan dalam bahasa Arab, setan berasal dari kata syathana, berarti sesuatu yang jauh. Bisa dimaknai bahwa setan adalah makhluk yang jauh atau menjauhkan manusia dari kebenaran.

Q.S. Al-An'am (6) ayat 112 menyebutkan bahwa ada dua jenis setan, yaitu manusia dan jin:

"Dan demikianlah untuk setiap Nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan."

Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan mengambil makna harfiahnya, bahwa setan itu terdiri dari jin dan manusia. Tidak seperti pendapat lain yang mengatakan bahwa yang dimaksud ayat itu adalah setan penggoda manusia dan setan penggoda jin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun